JAKARTA (SUARABARU.ID)– Banjir Kota Manado yang terjadi pada Jumat (22/1/2021), berdampak pada kerugian korban dan harta benda. Peristiwa ini melanda delapan kecamatan, Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara.
Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BPBD Kota Manado melaporkan kedelapan kecamatan itu adalah Malalayang, Wanea, Sario, Paal Dua, Pikkala, Wenang, Tuminting, dan Singkil.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Dr Raditya Jati menyampaikan hal itu dalam siaran pers, Senin (24/1/2021).
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat menginformasikan, banjir berdampak pada jatuhnya korban meninggal dunia dua orang, luka berat satu, dan satu luka ringan.
Saat banjir terjadi, lebih dari 2.000 warga mengungsi. Banjir juga berdampak pada kerugian material, antara lain 10 rumah rusak berat 10 unit dan tiga rusak sedang.
Pihak BPBD mencatat fasilitas publik lain yang terdampak, sekolah dasar 20 unit, SMP 7 unit. Saat banjir terjadi tinggi muka air terpantau pada ketinggian 50 hingga 400 cm.
Banjir dipicu intensitas hujan tinggi hingga sungai Sawangan dan Tondano meluap. Jaringan listrik dan telepon selular operator tertentu kini telah kembali normal.
Dilihat dari analisis InaRISK, Kota Manado termasuk wilayah administrasi yang berpotensi banjir dengan kategori sedang hingga tinggi.
Sepuluh kecamatan berada pada potensi bahaya tersebut, di antaranya delapan kecamatan yang terdampak banjir pada Januari 2020 ini. Luas bahaya banjir teridentifikasi 2.040 hektar.
Seperti dilansir suarabaru.idĀ grupĀ Siberindo.co, dalam kurun 10 tahun, Kota Manado sering dilanda banjir yang meluas, seperti pada tahun 2014 hingga 2020. Periode tersebut, banjir 2014 menjadi yang paling buruk.
Saat itu, hujan deras memicu debit air empat sungai besar meluap. Peristiwa pada 15 Januari 2014, pukul 19.00 waktu setempat, menewaskan 25 warga dan 1 lainnya hilang. Kerugian material, 829 rumah rusak.
Claudia SB