blank
Lionell messi. Foo: Ist

blankOleh: Amir Machmud NS

// ia menemukan kembali kegembiraan// senyum yang hampir hilang// ia luapkan lagi buncah kebahagiaan// seperti bocah yang lama hilang// dan, ke mana Messi memutuskan pergi?// (Sajak “Pilihan Jalan”, 2020)

KITA sepaham bahwa hidup adalah pilihan, bukan?

Dan, pastilah selalu ada skenario yang akan ditempuh dari pilihan-pilihan opsional. Terkadang hanya ada satu pilihan, semacam point of no return, tetapi acap kali pula manusia dihadapkan pada lebih dari satu peluang yang sama kuatnya; tergantung dia putuskan memilih yang mana.

Dengan segala pertimbangan, opsi yang kemudian diyakini sejatinya juga bermuatan spekulasi. Tak bisa dikatakan dari awal bahwa itu adalah pilihan terbaik. Ya, bagaimana jika setelah dijalani ternyata mengetengahkan hidup yang lebih buruk dari sebelumnya?

Hari-hari ini, Lionel Andres Messi dihadapkan pada setidak-tidaknya tiga skenario pilihan masa depan. Dia tidak seperti Cristiano Ronaldo yang mantap memilih tanpa kontraksi rumit, seperti ketika memutuskan pindah dari Manchester United ke Real Madrid pada 2009, atau berlabuh ke Juventus pada 2018.

Terkondisi oleh ikatan hati dengan Barcelona sejak masa kecilnya, Leo Messi tampak terkomplikasi ketika pada tahun ini harus memutuskan: meninggalkan Camp Nou, atau bertahan sebagai one-club man hingga menutup karier.

Spekulasi tentang masa depan Messi memunculkan tiga skenario. Pertama, pindah dengan status bebas transfer ke Paris St Germain. Kedua, hijrah ke Manchester City. Dan ketiga, menghabiskan sisa karier di Barcelona.

Ketiga skenario itu memiliki kekuatan argumentasi masing-masing. Dan, opsi mana yang kira-kira paling memungkinkan?

*   *   *

MAGNET utama untuk bertualang ke Ligue 1 bersama PSG adalah sosok Neymar Junior, kemudian Angel di Maria, dan Mauricio Pochettino. Salah satu pemicu komplikasi relasi Messi dengan manajemen Barca adalah ketika Neymar hengkang ke Liga Prancis, dan keengganan mendatangkan kembali penyerang asal Brazil itu.

Neymar merupakan sahabat terbaik Messi di dalam maupun di luar lapangan, sama seperti Luis Suarez yang kini berbaju Atletico Madrid. Ketiganya pernah membentuk Trio MSN di era kepelatihan Luis Enrique, sebagai trio yang sangat ditakuti lawan. Produktivitas gol dan aksi-aksi mereka disebut “lebih dari batas-batas teknis kemampuan bersepak bola”.

Impian membentuk Trio MNM (Messi, Neymar, Kylian Mbappe) akan terwujud jika Messi bergabung ke PSG. Pelatih Mauricio Pochettino yang juga berasal dari Argentina merupakan magnet lain bagi Messi, di samping rekannya di tim nasional, Angel di Maria. Poch diyakini bakal meracik skema permainan ofensif untuk menjadikan PSG sebagai daya tarik baru klub dunia.

Pada bagian lain, Liga Primer menjadi menarik lantaran keberadaan Pep Guardiola, pelatih yang ikut andil membesarkan Messi lewat trio tiki-taka yang telepatis, yakni Messi, Xavi Hernandez, dan Andres Iniesta. Manchester City yang tengah bertambisi memenuhi hasrat kejayaan di Eropa membutuhkan suntikan bintang sekaliber Sang Alien.

Liga Inggris lebih menantang dan menuntut fisik prima. Dalam usianya sekarang, 33, mungkin Ligue 1 lebih pas untuk Messi, namun daya tarik Pep dan sejarah kedekatannya di masa lalu bisa menjadi pertimbangan untuk memilih opsi ke Inggris. Pep diyakini mampu menyiapkan skema taktik yang bisa mengeksplorasi dan membangkitkan potensi Messi. Dari sisi kekuatan finansial, City dengan Sheikh Mansour-nya tidak akan mengecewakan, sama dengan Nasser Al-Khelaifi yang memegang saham terbesar PSG.

Skenario ketiga merupakan moderasi dari berbagai opsi yang tentu paling diharapkan oleh bukan hanya Barca, tetapi juga La Liga. Messi bertahan di Barca!

Opsi ini butuh berbagai pemenuhan syarat yang terkait dengan bagaimana menumbuhkan kembali kebahagiaan Messi. Dalam separuh musim 2019-2020 dan setengah perjalanan musim 2020-2021 ini, La Pulga dihadapkan pada problem kegembiraan bermain. Dia memang diperlakukan istimewa dibandingkan dengan pemain mana pun, dan sikapnya yang belakangan dianggap menuntut macam-macam dan menentukan setiap keputusan manajemen, membuat tidak nyaman sebagian rekannya.

Kini, dalam status sebagai pemain bebas transfer hinga Juni mendatang, performa Messi tampak mulai memulih. Dia menentukan kemenangan hampir dalam setiap laga. Hubungannya dengan sejumlah pemain seperti Antoine Grezmann, Gertald Pique, dan Sergio Busquets dinilai membaik. Apalagi sekarang dia menemukan kembali “Iniesta” yang dulu sangat memahami dan melayani permainannya.

“Iniesta” hadir melalui Pedri Gonzales, pemain berusia 18 dari Las Palmas yang mulai dipercaya oleh pelatih Ronald Koeman. Pertandeman young gun itu dengan Messi menghasilkan manuver-manuver baru dan produktivitas dang megabintang.

Dalam laga melawan Athletic Bilbao pada pekan ke-17, Messi yang memainkan peran false nine membukukan dua gol. Salah satunya berkat umpan tumit Pedri dalam kerja sama satu-dua yang terasa telepatis. Tik-tak dua pemain beda angkatan ini mengingatkan pada masa kejayaan tiki-taka yang antara lain tersimbolisasi lewat chemistry Messi – Iniesta.

Kegembiraan bermain Messi juga tampak ketika menciptakan gol ke gawang Real Valladolid pada pekan ke-14, yang lahir dari kolaborasi dengan Pedri.

Kegembiraan demi kegembiraan. Senyum Messi — yang hampir setahun ini jarang terlihat di tengah pertandingan –, mengembang. Atmosfer seperti inikah yang menjadi tanda-tanda Messi akan bertahan di Camp Nou?

Dalam laga pekan ke-18, ekspresi kebahagiaan Messi semakin terlihat saat mencetak dua gol dengan cara dan gaya seperti pada masa-masa puncaknya. Tandemnya, Griezmann juga menoreh dua gol. Kedua pemain yang sering disorot tidak akur itu selalu berpelukan meluapkan kegembiraan merayakan setiap gol.

Problem Messi, selain ketidaksepahaman dengan manajemen dalam sejumlah hal, juga terait dengan kondisi di tengah lapangan. Pemain-pemain yang disiapkan menjadi pendamping, hampir seluruhnya gagal unjuk kemampuan dan chemistry, termasuk Griezmann yang baru belakangan ini memperlihatkan ledakan-ledakan gol dan kesepahaman bermain.

Bukankah bakal menyejarah, andai Pedri Gonzales yang menjadi faktor pengikat Messi tetap bertahan di Barelona? Pada sisi lain, dia memperlihatkan diri sebagai masa depan Barca bersama Ansu Fati yang masih berjuang melawan cedera, dan “The Nexkt Xavi” Riqui Puig.

Dari tiga skenario pilihan Messi, opsi manakah yang paling dia — dan kita — kehendaki?

Amit Machmud NS, wartawan suarabaru.id, kolumnis olahraga, Ketua PWI Provinsi Jateng