TAHUN 80-an, awal kali merantau di Jakarta, teman saya punya pengalaman unik. Pada hari kelahiran atau weton berdasarkan kalender Jawa, ibunya di kampung melakukan selamatan bubur merah–putih yang dihadiri sesepuh dan para tetangga.
Mereka berdoa agar anak yang sedang di perantauan diberi keselamatan, kesehatan dan dimudahkan rezekinya, ilang larane, teka warase, selamat dunia akhirat. Uniknya, saat keluarga sedang selamatan, itu anak yang di rantau sepanjang hari mencium bau kembang dan bubur.
Dia sendiri tidak hapal hari kelahirannya. Tahunya, jika setiap muncul bau khas bubur dan wangi bunga, dia lalu melihat kalender, dan benar saat itu adalah hari kelahirannya berdasarkan kalender Jawa.
Bukan hanya doa, pijatan Ibu pun bisa dikirim jarak jauh. Teman saya waktu kecelakaan, malam hari antara sadar dan tidur merasa dipijat Ibunya. Pagi hari dia telepon Ibunya. Belum sempat bertanya kabarnya, Ibunya lebih dulu bertanya, “Badanmu sudah enak? Tadi malam bajumu saya pijati.”
Sedekah Diwakilkan
Kisah unik dialami sahabat yang berbakti kepada kedua orangtuanya. Ketika merantau, karena saat itu teknologi transfer masih langka, dan untuk mengirim uang harus jalan jauh ke kantor pos, dia “mengirim” uang dengan caranya sendiri.
Dia mencari orang yang paling miskin di pasar atau terminal, lalu dia sedekah sejumlah uang dengan niat pahalanya diperuntukkan bagi Ibunya di kampung. Keajaiban selalu terjadi. Saat Ibunya ke pasar, ada orang tak dikenal turun dari motor dan mobil mewah, memberi sejumlah uang yang untuk ukuran pedesaan jumlahnya fantastis.
Tentang mengirim pesan jarak jauh ini, dalam ilmu penyembuhan tradisional, ada yang disebut Ilmu Lawe. Yaitu teknik penyembuhan jarak jauh yang dilakukan para dukun melalui sarana tali. Saat melakukan pemijatan jarak jauh, para dukun itu memijat lawe atau tali.
Konsep ini mirip reiki. Bedanya, versi tradisi dengan tirakat, mantra, pantangan. Sedangkan ala santri dengan wirid, “ Wa daraba lana masalawwa nasiya khalqah qala mayyuhyil-izama wa hiya ramim,” (“Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; dia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?”)
Pikiran Negatif
Konsep mengirim energi itu netral. Programnya bisa ke arah positif untuk pengobatan, namun ada juga yang memanfaatkan teknik ini untuk mengirim “energi”, misalnya dalam kasus pencurian.
Konsep mengirim rasa ini, tahun 80-an oleh majalah nasional terbitan Jakarta pernah memuat tulisan seseorang yang sedang bersitegang dengan tetangga. Saat marah, masuk lintasan “ilham” cara mengirim penyakit kepada lawannya.
Dia lalu membaca “mantra” karangan sendiri yang sekilas mirip ayat, namun pada bagian akhir diganti bahasa daerah, berbunyi “dzalikal kek tabuk.” Dzalikal dalam bahasa Arab artinya “itu” dan “kek tabuk”, artinya sakit perut.
Kalimat itu lalu diprogram untuk mengirim rasa kepada orang yang membuatnya marah. Mantra yang didapat “asal-comot” itu dibaca berulang kali, ditiupkan pada air dalam botol lalu mulut botol disumbat disertai visualisasi menyumbat anus musuhnya.
Yang terjadi kemudian, tetangga yang bikin marah itu tak bisa buang air besar. Setelah berlangsung tiga hari, karena perutnya sakit dan mau dibawa ke rumah sakit, dia merasa iba. Dia berpikir, jangan-jangan tetangga yang sakit itu karena ulahnya. Dia lalu mencabut penutup botol. Dan pada saat yang bersamaan, tetangganya bisa buang besar dan sakit perutnya pun sembuh.
Suatu kalimat, walau dari ayat suci yang sengaja diucapkan dengan cara diplesetankan, itu bisa mengundang “energi iblis”. Tradisi ini dipakai para tukang sihir untuk menyetankan diri agar dia dibantu setan, demit, jin kafir agar membantunya.
Teknik mengirim rasa itu dikenal diberbagai suku atau bangsa melalui olah konsentrasi, visualisasi, getaran “emosi” yang dikemas dengan budaya setempat.
Santet atau sihir itu sudah dikenal sejak zaman Nabi Sulaiman. Pada zaman itu “tukang sihir” termasuk profesi terhormat, bahkan Raja Ramses (Firaun) pun punya staf ahli Sihir yang kemudian ditumpas Nabi Musa AS.
Santet dilakukan malalui bacaan mantra tertentu disertai konsentrasi, visualisasi disertai getaran “amarah”. Secara tradisional dipahami, hanya mereka yang otak warasnya sudah disisihkan, hingga setan mau membantunya. Dalam konsep ilmu hikmah ada kaidah : selama hati seseorang masih ditunggui iman, sulit baginya melakukan sihir.
Penangkal Santet
Mencegah santet yang praktis adalah membiasakan berpikir positif dalam menyikapi berbagai fenomena kehidupan. Karena yang sering bikin heboh itu bukan hanya santetnya, melainkan isu santetnya.
Namun demikian, bukan berarti santet itu tidak ada. Ketika Tuhan memerintahkan kita untuk berlindung kepada-Nya dari bahaya sihir, seperti tersurat dalam Al Falaq, An-Nas, Yunus : 10 : 81. Ketika Tuhan memerintah kita untuk berlindung kepada-Nya dari sihir, berarti sihir atau santet itu ada. Wakafa Billahi Wakila (Cukuplah Allah sebagai pelindung).
Masruri, praktisi dan konsultan supranatural tinggal di Sirahan, Cluwak, Ptai.