blank
Imam Budoyo menerima tali asih dari PWI Jateng yang diserahkan (atas) A Zainal Mutaqien, Ketua nIKWI Umi Amir Machmud, dan Wakil Ketua Bidang Kesejahteraan Bakti Yudhatama. Sedangkan gambar bawah, pengurus PWI berfoto bersama Imam Budoyo. Foto: wied,

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Hampir semua anggota PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Provinsi Jawa Tengah mengenal Imam Budoyo. Terlebih anggota PWI yang sudah senior dan sudah menjadi anggota biasa. Lelaki berusia 70 tahun ini, dikenal dengan panggilan Pak Budoyo atau Pak Bud.

blank
Imam Budoyo. Foto: wied

Setelah mengabdi sejak tahun 90-an sebagai tenaga di sekretariat PWI Jateng, kini Budoyo yang pada waktu mudanya gemar main bola ini pensiun. Budoyo dilepas oleh Pengurus PWI Jateng dan IKWI (Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia) di Gedung Pers, Jalan Trilomba Juang 10 Semarang.

Budoyo selalu terlibat dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan PWI Jateng bersama dua rekannya Agus dan Catur.

Ketua PWI Jateng Amir Machmud NS dalam sambutan pelepasan menyatakan, jasa Budoyo sangat luar biasa bagi PWI Jateng termasuk bagi para anggota. “Keberadaan Pak Budoyo dan Gedung Pers bagaikan sesuatu yang tidak terpisahkan. Walaupun sudah pensiun, tetapi silakan sering datang ke Gedung Pers,” kata Amir.

Amir juga menyebut, PWI Jateng memberikan perhatian atas jasa-jasa Imam Budoyo. “Selain itu para pengurus secara pribadi juga memberikan rasa simpatinya, begitu juga ibu-ibu anggota IKWI yang selama ini banyak dibantu, juga bersimpati pada Pak Budoyo. Mereka secara suka rela bersama-sama memberikan tali asih,” kata amir Machmud.

blank
Ketua PWI Jateng Amir Machmud NS memberikan sambutan pelepasan Imam Budoyo. Foto: wied

Sedangkan Ade Oesman, Wakil Ketua Bidang Kerja Sama mewakili para wartawan, dalam sambutanya mengatakan, Budoyo tidak bisa dipisahkan dari PWI Jateng.

“Segala sesuatu yang dikerjakannya sangat bermanfaat bagi PWI. Bahkan yang luar biasa, Pak Budoyo selalu mengingatkan teman-teman yang masa berlaku kartu anggotanya sudah hampir habis. Tidak hanya anggota di Semarang, anggota-anggota di daerah pun diingatkan. Ini sangat luar biasa, karena banyak di antara kami yang tidak memperhatikan masa berlaku kartu anggota,” kata Ade Oesman.

Ade berharap, tali asih dari PWI Jateng, pengurus PWI Jateng, dan IKWI bisa dimanfaatkan untuk melanjutkan kehidupan. “Mungkin untuk modal usaha, berjualan atau apa pun. Tidak banyak tetapi semoga bermanfaat,” kata Ade Oesman.

Sedangkan Budoyo sendiri mengatakan, dia bekerja di PWI Jateng sejak kepemimpinan Drs Sutrisna, semasa kantor PWI masih di GOR Simpang Lima yang sekarang menjadi mal Ciputra. “Lalu berlanjut ke Pak Bambang Sadono, Pak Tjipto, Pak Sasongko, Pak Sriyanto, Pak Hendro Basuki, dan sekarang Pak Amir Machmud,” kata Budoyo.

Widiyartono R