blank
Kepala Bakesbangpol Grobogan, Daru Wisakti saat membuka kegiatan sarasehan tersebut. Foto : hana eswe.

GROBOGAN (SUARABARU.ID) – Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Grobogan mengajak masyarakat untuk mencegah paham radikalisme. Khususnya di tengah pandemi Covid-19 yang hingga saat ini belum selesai.

Hal tersebut dipaparkan Sekretaris FKUB Grobogan, Made Jenarka, saat menjelaskan inti dari kegiatan Sarasehan Tokoh Lintas Agama dan Pemuda di RM Suka Rasa, Purwodadi. Made menjelaskan, kegiatan tersebut dilaksanakan guna mengajak tokoh lintas agama dan para pemuda se Kabupaten Grobogan untuk mencegah paham radikalisme dengan moderasi beragama serta sosialisasi adaptasi new normal sebagai upaya pencegahan covid-19.

“Ya termasuk isu hoax, tentang politik dan SARA serta Covid-19. Terkait hal itu, kami juga sudah melakukan sosialisasi dengan kunjungan ke organisasi masyarakat, antara lain Walubi, Parisada Hindu, Shidiqiyyah, Bamag, LDII dan ke madrasah seperti di Man’baul Alaa Purwodadi dan Madrasah Aliyah Al-Hidayah di Genengadal, Kecamatan Toroh,” jelas Made, sapaan akrabnya.

Acara tersebut berlangsung dengan mengindahkan protokol kesehatan. Hadir dalam kegiatan tersebut, dua narasumber yakni Shuniyya Ruhmana dari Gusdurian Jawa Tengah dan dr Suwindi yang merupakan tim gugus tugas Covid-19 dan dibuka langsung Kepala Bakesbangpol Grobogan, Daru Wisakti.

Terlihat para peserta menyimak pemaparan materi yang diberikan kedua narasumber tersebut. Salah satunya Supriyadik, anggota Pemuda Muhammadiyah Grobogan. Menurut dia, meyakini agama dan kepercayaan masing-masing sangat baik dan benar, karena itu merupakan hak bahkan kewajiban bagi setiap penganut agamanya.

blank
Para peserta menyimak arahan yang disampaikan pemateri dalam kegiatan sarasehan tersebut. Foto : Hana Eswe.

“Namun, melegalkan cara-cara kekerasan dengan memaksanakan kehendak dan kepercayaan terhadap penganut agama lain, itu sangat tidak dibenarkan. Saya meakini setiap agama memiliki nilai-nilai dasar kemanusiaan, apabila diamalkan dan dipahami secara substansial dan kaffah. Buat saya dari acara tersebut, ada makna yang terdalam yakni saatnya agama diamalkan bukan diperdebatkan,” jelas Supriyadik.

Hana Eswe.