Seorang relawan mengamati Merapi dari Pos Kompag Merapi. Foto: Eko Priyono

MAGELANG (SUARABARU.ID) – Komunitas Relawan Kompag Merapi, yang berpusat di Dusun Talun Kidul, Desa Banyudono, Kecaatan Dukun, Kabupaten Magelang, berupaya menyelesaikan menara pemantauan miliknya. Lokasinya berjarak 10 km dari puncak Merapi.

LSM itu berdiri sejak 2006, dan berkiprah sangat besar saat erupsi Merapi tahun 2010. Khususnya dalam hal komunikasi menggunakan handy transceiver (HT). Dulu frekuensi pada 2006-2010 berada di 148.280 MHz, dan kini bergeser ke 150.790 MHz

Salah satu pengurus Kompag Merapi, Jatmiko Wisnu Broto mengatakan pembangunan menara pemantauan tiga lantai tersebut bermula dari perjuangan mereka pada erupsi tahun 2010 lalu. Dahulu masih nebeng di rumah anggota, kantor kecamatan atau Puskesmas Dukun.

“Saat itu kami belum memiliki menara pantau sendiri, padahal selama monitor perkembangan Merapi hanya mengutamakan suara signal dan pantauan visual. Oleh sebab itu tahun 2014 lalu kami mulai membangun menara pantau ini,” katanya.

Proses pembangunan menara pantau tersebut memang sudah dimulai sejak tahun 2014 lalu. Saat ini meskipun sudah dipakai, namun masih perlu finishing dan melengkapi fasilitas.

“Pembangunan swadaya dari anggota ya sedikiti demi sedikit. Dan sejauh ini belum ada bantuan dari pemerintah atau swasta, murni iuran anggota termasuk tenaga juga,” imbuhnya.

Menara pemantauan Kompag Merapi yang memiliki tinggi kurang lebih 12 meter. Dengan antena pemancar total setinggi 35 meter untuk memantau perkembangan Merapi. Juga kondisi sungai-sungai yang berhulu di Merapi.

Saat ini anggota aktif sekitar 55 orang. Mereka sudah memiliki titik pantau sendiri yang memang harus diamati. Anggota juga berasal dari beberapa wilayah termasuk Jogja dan kecamatan lain di Magelang.

Kini menara pemantauan Kompag Merapi tersebut baru berisi alat-alat dasar pemantauan dan komunikasi mereka. Saat ini baru ada Repiter Pancar Ulang (RPU), pesawat induk komunikasi, kamera teropong pemantau dan ruang sarasehan anggota. Rencana ke depan pelan-pelan akan dilengkapi kembali.

Melihat situasi Merapi saat ini yang berstatus siaga, lanjut Wisnu, pihak anggota Kompag Merapi juga selalu rutin melakukan piket di posko induk yakni menara pemantauan tersebut. Setiap malam ada yang piket, minimal lima orang. Kalau siang bisa banyak lagi, terkadang anggota pulang kerja langsung ke sana.

Wisnu berharap dengan keberadaan menara pemantauan itu, kinerja anggota akan lebih optimal. “Ini memang visi kemanusian, dan sejak lama sudah banyak yang tahu akan hal itu. Namun totalitas tetap kami junjung tinggi untuk membantu,” katanya.

Eko Priyono-trs