SUATU hari datang bapak tua berambut panjang berpakaian penuh atribut. Dia mengaku Ratu Adil Imam Mahdi yang akan menyelamatkan manusia pada akhir zaman. Melihat gaya bicaranya, warga Jepara yang mukim di Banyuwangi itu punya kecerdasan yang tinggi.
Ide-idenya spontan. Mengaku pengikut tarekat, tetapi ibadah ritualnya sudah ditinggalkan. Saat datang, dia menunjukkan foto-foto saat diterima Presiden Soeharto di Cendana pada masa awal Orde Baru. Dia mengaku zaman mudanya ahli zina. Ketika sadar atas perilakunya, sebelum tobatnya diterima, oleh Tuhan dia menjalani hukuman gila.
Setelah masa hukuman itu, dia akan diangkat menjadi Ratu Adil Imam Mahdi. Ketika saya tanya, mungkinkah Tuhan mengangkat sosok imam dari orang gila? Dijawab, “Saya akan dijadikan perhiasan dunia, layaknya cincin permata, dipalu, digosok dan dibakar dulu.”
Kenapa meningggalkan salat? Dia menjawab, “Salat hanya bagi orang waras, saya orang gila, tidak kewajiban menjalankannya.”
Nyleneh Menurut Siapa?
Pada komunitas orang-orang khusus, ada tradisi menyembunyikan identitas dengan melakukan gerakan malamatiyyah atau menghinakan diri. Gerakan ini dipelopori Hamdun Al-Qashahar, tujuannya untuk membunuh sifat keakuan diri (riya; ujub, takabur) di hadapan manusia.
Misalnya, mencuri di pasar seperti dilakukan Ibnul Karanbi, ada yang kencing sambil berdiri ketika khalayak menyanjungnya, ada yang membatalkan puasa agar dia tidak dikultuskannya. Mereka menyembunyikan ibadah untuk suatu hal yang dia yakini bisa menjauhkannya dari sanjungan sesama.
Jadzab, Gila?
Menurut awam, mereka yang berperilaku nyleneh itu dipahami sebagai jadzab, “gila” atau “mabuk spiritual”. Banyak orang dalam proses jadzab oleh awam dianggap gila. Di kalangan sufi, jadzab dimaknai proses “gila” atau “mabuk” karena kecintaannya pada Tuhan yang menyebabkan dia lupa selain-Nya.
Orang jadzab ibarat orang yang mendengar, melihat, dan merasakan apa yang tidak dialami orang lain. Layaknya sedang mendengarkan musik atau pelawak melalui hadset, mereka mendengar kemerduan dan kelucuan hingga refleks menari atau tertawa. Orang yang tidak memahami kondisinya, sah-sah saja menganggapnya gila.
Orang jadzab ditandai kuat kebaikan dan ibadahnya (namun disembunyikan). Tanda lain tidak cinta dunia dan secara fisik tahan rasa sakit. Membuktikan jadzab asli atau pura-pura, bisa dengan cara ditakut-takuti, misalnya mau disundut rokok, ditusuk jarum atau disiram air. Jika dia khawatir, takut, lalu menghindar, berarti dia bukan jadzab.
Kenapa? Orang jadzab itu perhatiannya hanya tertuju kepada Tuhan, seperti Rabi’ah Al ‘Adawiyah, ketika kepalanya berdarah saat terbentur kayu, dia tidak merasakan sakit. “Perhatian saya kepada-Nya menyebabkan saya tak berpikir yang lain,” katanya.
Orang jadzab itu dalam kondisi trance. Gelombang otaknya rendah: alpha – theta. Dalam kondisi ini zat endhorphin aktif, hingga mampu melakukan anestesi secara internal.
Dalam kisah klasik, kemampuan fokus itu seperti dialami para danyang Nabi Yusuf as. Karena terpesona ketampanan Yusuf as, saat mereka mengupas buah, mereka tidak merasakan sakit saat pisau menyayat telapak tangannya.
Dalam kisah lain, saat Sahabat Ali KW tertancap anak panah, dalam kondisi sadar anak panah itu terasa sakit saat dicabut. Ali lalu minta anak panah itu dicabut saat salat. Saat anak panah dicabut, Ali tidak merasakan sakit.
Tes Madzub
Terkait perilaku nyleneh ini, ada pengasuh pesantren sharing karena santrinya ada yang pada nyleneh : pakaian kumal, rambut awut-awutan, jarang mandi, tidur semaunya. Bagaimana mengatasinya? Saran saya, “Infokan keaslian jadzab itu ditandai hilangnya rasa sakit, layaknya Rabiah yang tidak merasa sakit walau jidatnya berdarah saat terbentur kayu. Bangaimana mengetes keasliannya?” “Pura-pura “sundut rokok”. Jika jadzab asli, dia tak khawatir dengan rasa panas, karena dia fokus pada Tuhan. Namun jika dia takut, berarti palsu!” Setelah itu tak ada lagi yang nganeh-nganehi.
Selain tidak terpengaruh rasa, orang jadzab memiliki kecakapan spiritual. Dari lisannya sering keluar untaian hikmah yang mudah diingat, walau terkadang kalimat itu nylekit dan nyleneh. Tanda lain, orang jadzab itu “tidak kenal” yang namanya uang!
Kecakapan Spiritualnya
Selain tidak terpengaruh lingkungan, pada umumnya orang jadzab itu memiliki kecakapan spiritual. Dari lisannya sering keluar kalimat hikmah yang mudah diterima. Ada yang baru nyantri satu dua bulan sudah mampu mengupas kitab-kitab agama, pandai berbahasa asing, membahas politik, ada yang bisu, tapi pandai menyimak Alquran.
Ada juga yang setiap belanja, toko yang didatangi menjadi laris sepeninggalnya. Ada yang senang main dipantai dan setiap nelayan yang dipukul kepalanya, pulang melaut mendapat ikan banyak, sehingga para nelayan selalu merindukan tamparannya.
Kenylenehan orang jadzab kadang mengundang tawa. Dia yang sering jagong ke rumah itu menyarankan, agar Indonesia adil, aman dan makmur, presiden dan wakilnya itu duet: Mega – Tutut. Kenapa? Indonesia merdeka karena jasa Soekarno, Indonesia membangun karena jasa Soeharto.
Menurutnya, pemimpin wanita lebih baik dibanding pria. “Ayam betina yang lebih melindungi dan menafkahi anak-anaknya. Ayam jantan, tidak. Wanita juga mudah memaafkan dan tahan sakit, dan pria lebih “pendendam” dan sulit melupakan rasa sakit. Buktinya?
“Lelaki disunat sekali sudah kapok, wanita melahirkan berkali-kali, tidak kapok. Padahal melahirkan lebih sakit,” jawabnya.
Masruri, praktisi dan konsultan metafisika tinggal di Sirahan Cluwak Pati.