SEMARANG (SUARABARU.ID)– Walau hanya ditempatkan sebagai cabang olahraga unggulan ketiga oleh KONI Jateng dalam menghadapi PON XX di Papua, Pengprov Forki tetap fokus mempersiapkan para karatekanya. Pengprov tetap menyusun program pembinaan yang terencana, terukur dan terpadu.
Menurut Manajer Tim Karate Jateng, Suroso, dengan sistim periodisasi program pembinaan, maka semua kegiatan dilakukan secara rinci. Baik itu harian, mingguan maupun bulanan hingga pada saat pelaksanaan PON.
Karena itulah, sebelum memasuki program latihan itu, pada Sabtu (7/11/2020), diadakan tes fisik terhadap para karateka yang selama ini melakukan latihan desentrasisasi di rumah masing-masing, akibat dampak pandemi covid-19.
BACA JUGA : Daniil Madvedev juara Paris Masters
”Anak-anak secara rutin berlatih di rumah. Tetapi intensitasnya pasti tidak sama, sehingga kondisi fisiknya juga tidak pada lavel yang sama. Karena itulah, tim pelatih menginginkan adanya tes fisik untuk membuat mereka memiliki level yang sama saat memulai program latihan Pelatda PON. Kami rencanakan, Pelatda dilakukan mulai Januari nanti,” katanya.
Tes fisik terhadap karateka itu, dilakukan di Stadion Kridanggo Salatiga. Mereka ditangani empat pelatih, Dyah Puspitasari, Yudi Budiyanto, Puspita Triana Gustin dan Febrian Gede Saputra.
Materi tes yang dijalani di antaranya, pengukuran tinggi badan, berat badan, lari 20 dan 50 meter, shuttle run 4×3 meter dan 8×3 meter, standing broad jump, push up, sit up, back up, power endurance tungkai, egility cort, lateral dan beep test.
”Suasana kebersamaan seperti ini memang harus tercipta. Karena kami memiliki satu misi, yakni meraih prestasi maksimal di PON nanti. Jateng dalam PON kali ini, telah meloloskan 12 atletnya,” imbuh Suroso.
Sementara itu, Ketua Umum Pengprov Forki Jateng, Bambang Raya Saputra menyatakan, dalam mempersiapkan atletnya ke PON nanti, memang membuat pola pembinaan yang terencana, terukur dan terpadu.
Akselerasi Berbeda
Dikatakannya, para karateka yang masuk tim PON, awalnya juga sudah dipersiapkan dengan baik. Namun begitu adanya pandemi covid-19, semuanya jadi berubah.
”Para atlet kami pulangkan, dan mereka menajalani latihan desentralisasi. Kondisi ini membuat pantauan perkembangan teknik dan fisik tidak maksimal. Dan tes fisik ini merupakan bagian dari upaya untuk mengetahui kondisi awal atlet, sebelum memasuki program intensif Pelatda PON,” ungkap dia.
Dengan mengetahui data kondisi fisik para atlet, maka pelatih akan mampu memberikan porsi yang sesuai dengan program kerjanya. ”Saya yakin, anak-anak selama ini juga berlatih di rumah. Namun belum dalam tatanan pola latihan yang sama dengan atlet lainnya. Misal untuk atlet nomor Kumite tentu akselerasi program latihan hariannya berbeda dengan atlet nomor Kata,” ujarnya.
Bambang Raya sendiri hanya ingin tim yang menangani atlet Pelatda PON, benar-benar bekerja dengan pola dan program latihan yang terencana dan terukur. Artinya, buat program yang baik melalui pembinaan teknik dan fisik yang terorganisasi. Sehingga pelatih tahu persis perkembangan atlet dari hari ke hari.
”Saya hanya berharap, semua dilakukan dengan terencana. Karena ini bagian dari sistim pertanggungjawaban kinerja Forki kepada KONI Jateng, sebagai pemberi anggaran persiapan PON XX,” tandasnya.
Riyan