blank
Wali Kota Sigit Widyonindito mencoba mengoperasikan alat bernama MPos yang digunakan untuk menarik retribusi ke pedagang, (Bag Prokompim, Pemkot Magelang)

MAGELANG  (SUARABARU.ID) – Pemkot Magelang meluncurkan retribusi elektronik (e-retribusi) untuk pedagang Pasar Kebonpolo. Peluncuran ini adalah penerapan kedua, setelah sukses digelar di Pasar Cacaban beberapa bulan sebelumnya.

Peluncuran e-retribusi dilakukan Wali Kota Sigit Widyonindito di Pasar Kebonpolo, beberapa hari lalu. Acara dihadiri  Pemimpin Bidang Pemasaran Bank Jateng Cabang Koordinator Magelang, Drisasongko Widiantoro, dan Kepala Disperindag, Catur Budi Fajar Sumarmo serta undangan.

Kepala Disperindag Kota Magelang, Catur Budi Fajar Sumarmo mengatakan, penerapan e-retribusi ini dalam rangka ikut menyukseskan gerakan pembayaran nontunai. Termasuk memudahkan administrasi dan mengoptimalkan penerimaan retribusi.

‘’E-retribusi ini mengedepankan transparansi. Penerapan pertama di Pasar Cacaban pada Mei 2019 dengan 110 kartu, dan tiap pedagang mendapat top up Rp 10.000/kartu. Penerapan di Pasar Kebonpolo ini untuk 333 kartu dan top up Rp 5000/kartu,’’ katanya.

Penggunaan e-retribusi ini merupakan hasil kerja bareng dengan Bank Jateng dan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD). Bank Jateng memfasilitasi alat MPos, cetak retribusi, NRC dan top up saldo.

‘’Termasuk memfasilitasi peluncuran penerapan e-retribusi kedua ini di Pasar Kebonpolo. Dengan adanya e-retribusi ini, diharap penarikan retribusi lebih maksimal dan memudahkan petugas saat menariknya dari pedagang,’’ ujarnya.

Wali Kota Magelang, Sigit Widyonindito mengapresiasi kemitraan dengan Bank Jateng terkait penerapan e-retribusi kedua di Pasar Kebonpolo.

Menurutnya, mau tidak mau di era maju dan serba teknologi ini sudah menuju ke pembayaran nontunai.

‘’Gerakan nontunai sudah dimulai sejak tahun 2014. Kita lakukan itu secara bertahap, dan untuk e-retribusi sudah dimulai di Pasar Cacaban tahun 2019. Kita lakukan bertahap, karena memang tidak semua bisa menerima penerapan ini,’’ terangnya.

Sigit juga mengajak masyarakat untuk mulai gerakan nontunai. Apalagi, di masa pandemi ini pembayaran nontunai salah satu cara mencegah penyebaran Covid-19.

‘’Dengan pembayaran nontunai, kita tidak perlu membawa lembaran uang yang banyak. Saya minta ke pedagang di pasar ini untuk memberikan pemahaman ke konsumen agar membiasakan diri pembayaran nontunai,’’ pintanya.

Pada kesempatan itu, Sigit mencoba mengoperasikan alat bernama MPos yang digunakan untuk menarik retribusi ke pedagang. Didampingi petugas, Sigit menerima pembayaran retribusi dari pedagang dengan cara menempelkan kartu ke mesin MPos dan memberikan bukti pembayarannya.

Kepala UPT Pasar Kebonpolo, Teguh Karyawan menuturkan,  total pedagang ada 333 pedagang. Terdiri atas  pedagang yang di kios, los maupun pelataran.

‘’Retribusi kita setiap hari sekitar Rp 500.000-Rp 550.000. Retribusi berbeda-beda untuk kios, los, maupun pelataran. Selama dua bulan April-Mei kita bebaskan retribusinya, karena pandemi. Sekarang sudah normal lagi, tapi pendapatan berkurang sedikit,’’ ungkapnya.

Penulis : prokompim/kotamgl

Editor  : Doddy Ardjono