WONOSOBO (SUARABARU.ID)-Selama pandemi global Covid-19 pembelajaran di tingkat PAUD/TK, SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di Wonosobo dilakukan melalui metode dalam jaringan (daring).
Metode pembelajan daring tersebut ditempuh untuk meminimalisir kerumunan di kelas/komplek sekolah sebagai pelaksanaan protokol kesehatan guna menghindari penularan dan penyebaran virus Corona di lingkungan sekolah.
Calon Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat menilai pembelajaran tatap muka (PTM) lebih baik dari pembelajaran daring. Namun karena masih dalam pandemi global Covid-19, sekolah daring harus tetap dilakukan sampai wabah virus Corona masih belum berakhir.
“Sekolah daring itu meniadakan interaksi langsung atau pertemuan secara fisik antara guru dan murid,” kata Afif ketika berbicara di hadapan paguyuban guru swasta Wonosobo di Aula SMK Informatika, Minggu (1/11), siang tadi.
Di era informasi, dikatakan Afif, pendidikan budi pekerti dan etika, harus tetap diperkuat. Bagaimana anak belajar kehidupan tata sosial di masyarakat dan menimba ilmu dari guru atau ulama secara langsung. Tidak semata-mata belajar dari google.
Literasi Digital
Karena, sambungnya, interaksi secara langsung antara murid dan guru merupakan hal penting. Karena guru akan memahami perilaku siswa atau bahasa tubuh anak didik, sebagai media untuk mengetahui karakter siswa-siswinya.
“Sedang dalam pembelajaran daring pendidikan karakter tidak bisa diterapkan secara maksimal. Namun, saya minta, para guru untuk bisa memahami kondisi tersebut, sehingga sekolah daring tetap dapat berjalan dengan baik,” tegasnya.
Menurut mantan guru MTs Ma’arif NU Selomerto tersebut, yang terpenting guru dan orang tua harus bisa memberikan pendidikan literasi digital bagi anak-anak. Karena, sejak diterapkan sekolah daring, intensitas penggunaan HP/internet anak-anak sangat tinggi.
“Orang tua dan guru harus bisa mengawasi penggunaan HP/internet bagi anak-anak. Jangan sampai anak hanya bermain game atau mengakses informasi negatif di dunia maya,” harapnya.
Namun sebisa mungkin, menurutnya, anak-anak menjadikan tehnologi informasi tersebut, sebagai media dan sumber belajar. Apalagi saat ini informasi hoax bertebaran di media sosial yang bisa jadi racun bagi anak-anak.
Muharno Zarka-Wahyu