blank
Ilustrasi Reformasi Saudi. Foto : SB/dok

 

Oleh Dr KH Muchotob Hamzah MM

Cuplikan pidato MBS :

نحن فقد نعود الی ما کنا علیه من الاسلام الوسط المعتدل المتسامح المنفتح علی العالم وعلی جمیع الادیان

Artinya: Kita pasti akan kembali kepada Islam yang moderat, yang tegak lurus, yang tolerans dan terbuka bagi seluruh dunia serta semua agama (Putra Mahkota Saudi Arabia: Muhammad Bin Salman).

Sudah menjadi pengetahuan umat islam sedunia bahwa sejak zaman Raja Saudi Arabia yang pertama sampai sekarang, semua Rajanya berhaluan Islam Wahabi-Salafi.

blank
Rektor Unsiq Jateng di Wonosobo, Dr KH Mukhotob Hamzah MM. (Foto : SB/dok)

Sebuah aliran agama yang menginspair turunannya dalam kancah pengkafiran dan kekerasan dengan alasan ayat dan hadits-lah yang mengkafirkan. Kolaborasinya dengan Muhammad bin Abdil Wahhab membuahkan banyak kekerasan di seluruh dunia.

Korban putra terbaik Indonesia Syekh Nawawi al-Bantani zaman old, sampai korban keganasan ISIS zaman now yang memiliki ideologi yang sama, yaitu Wahabi- Salafi -Jihadi.

Penghancuran makam yang oleh aliran ini dianggap sarang kemusyrikan nyaris menghancurkan makam Rasulullah saw. waktu itu yang dihadang oleh Komite Hijaz KH Abdul Wahab Hasbullah. Kemudian telah terbukti penghancuran makam Nabi Yunus as. oleh ISIS di hari ini.

Reformasi aliran Wahabi-Salafi ini sebetulnya sudah dirintis oleh Raja Khalid yang mendapat perlawanan dari Juhaiman Al-Utaibi- Al-Wahabi dengan menguasai Masjid al-Haram, Desember 1979. Kemarahan Utaibi karena kerajaan mereka pandang sebagai telah menyimpang dari khitthah Wahabi-Salafi.

Bagi kalangan wasathiyyin, pengubahan situs-situs kerasulan yang dibongkar karena takut kemusyrikan (?), diganti dengan mol-mol dan hotel milik bintang seks AS Paris Hilton sebagai profanisasi situs religi. Orang luar Saudi yang naik haji atau umrah banyak yang mengeluh hilangnya situs religi karena dirasa kering kerontang dan kehilangan nilai spiritualitasnya.

Akan tetapi, reformasi yang fenomenal adalah yang digulirkan oleh MBS melalui kekuasaan Bapaknya, Raja Salman. Raja ini yang berani mengubah tradisi kerajaan dari tangan adik ke tangan anak (MBS) dengan tumbal puluhan pangeran yang ditangkap dan diakhiri.

Wahabi-Salafi

Kemudian dengan merosotnya volume deposit dan anjloknya harga minyak, digulirkan pula visi ekonomi Saudi 2030 dengan tidak boleh menyentuh sistem politik kerajaan monarchi mereka. Bagi mereka sistem kerajaan monarchi adalah islami meskipun tidak ada sunnah fi’liyah dari Nabi Muhammad SAW.

Itu pula yang menyebabkan Habib Riziq dipanggil kepolisian Arabia pada waktu ada bendera berlafal sama dengan bendera Saudi di depan rumahnya karena dianggap ancaman bagi negara monarchi ini. Untungnya bendera berlafal sama dengan bendera Saudi tersebut terbukti bukan dari Habib.

Dengan menggandeng erat tangan Jared Khusner, menantu dan penasehat Presiden Donald Trump, visi itu diimplementasikan dengan menggunakan tangan besi. Berapa oposan dari kalangan ulama dan pangeran yang masuk penjara.

Bagi yang dipandang sangat membahayakan kedudukannya, disuntik mutilasi seperti nasibnya calon penganten Jamal Kashogi.

Namun bagi kalangan yang setia seperti orang Wahabi- Salafi- Non- Jihadi yang berada di dan warga Indonesia dan lain-lain, mereka masih tetap dilindungi.

Meskipun visi MBS mengusung Islam Wasathiyah, gelontoran dana dari Saudi lebih banyak melalui muassasah untuk membiayai pendakwah Wahabi-Salafi, pesantren dan TV-TV-nya yang berserakan.

Kesetiaan mereka seakan (?) meniru warga Saudi terhadap raja mereka. Dengan hujan dalil para pendakwah Wahabi-Salafi menggebu- gebu melarang demo meskipun demo yang tidak anarkis sekalipun.

Hal ini juga bisa diasumsikan untuk Wahabi-Salafi demi mengambil hati penguasa Indonesia karena mereka membutuhkan justifikasi dan Wahabi-Salafi sendiri juga perlu kredit poin untuk eksistensinya.

Tetapi tampaknya rezim ini masih istikamah membersamai Islam Wasathiyah yang telah terbukti inklusif dan tolerans dengan tidak menganaktirikan kelompok lain yang disahkan Undang-Undang.

Wallaahu A’lam bis-Shawaab!

Penulis Dr KH Muchotob Hamzah MM, Rektor Unsiq Jateng di Wonosobo.