blank
Wakil Mudir Aam JATMAN Habib Umar Muthohar (tengah), Dr Ahmad Fadhil Sumadi, Agus Fathuddin Yusuf dan Habiburrahman ElSyirozi serta KHM Hanif Muslih Lc, saat menjadi pembicara bedah buku 'Kiai Muslih Mranggen, Sang Penggerak & Panutan Sejati’. Foto: dok/ist

DEMAK (SUARABARU.ID)– Wakil Mudir Aam Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Muktabaroh An-Nahdliyyah (JATMAN) Habib Umar Muthohar, mengajak umat untuk berhenti menyebarkan berita bohong (hoaks), dan menggantikan dengan kabar kebaikan yang menggembirakan.

”Terbitnya buku Kiai Muslih Mranggen Sang Penggerak & Panutan Sejati sangat tepat. Di saat banyak orang menikmati berita bohong dan ujaran kebencian (hate speech), buku Mbah Muslih mengabarkan kebaikan dan uswah khasanah,” tegas Habib Umar Muthohar.

Dia mengatakan hal itu, ketika menjadi pembicara bedah buku ‘Kiai Muslih Mranggen, Sang Penggerak & Panutan Sejati‘, di Aula Pondok Pesantren Futuhiyyah, Suburan, Mranggen, Demak, Sabtu (19/9/2020).

BACA JUGA : 10 Mobil Pemadam Dikerahkan Atasi Kebakaran di Pasar Wage Purwokerto

Selain Habib Umar Muthohar, bedah buku juga menghadirkan pembicara penulis buku Agus Fathuddin Yusuf, mantan hakim MK Dr HA Fadhil Sumadi, penulis novel Ayat-ayat Cinta Habiburrahman El-Syirozi, dengan moderator dosen Unissula Mujiburrohman El-Syirozi.

Hadir juga dalam acara itu, Kapolres Demak AKBP Andhika Bayu Adhitama mewakili Kapolda Jateng, dan Dandim Demak Letkol Arh Muhammad Ufiz mewakili Pangdam IV/Diponegoro, pimpinan Mastour Semarang H Jumadi Sastradihardja, Staf Ahli Menteri Perindustrian Masrokhan Ibnu Sulaiman, Dosen Udinus Dr Amiq Fahmi dan para kiai alumni Futuhiyyah.

Pengasuh Pondok Pesantren Futuhiyyah, Suburan, Mranggen, KHM Hanif Muslih Lc ketika membuka bedah buku mengatakan, hampir 30 tahun dia bercita-cita menerbitkan buku manakib atau sejarah perjalanan hidup ayahnya, KH Muslih Abdurrohman bin Qosidil Haq.

Alhamdulillah dan terima kasih, keinginan dan cita-cita kami dapat terwujud dalam waktu singkat, tidak lebih dari dua bulan. Pada saat Haul ke-80 KH Abdurrohman dan keluarga, buku ini sudah bisa terbit,” katanya.

Kiai Hanif menjelaskan, buku setebal 430 halaman itu ditulis wartawan Suara Merdeka yang juga merupakan alumni Futuhiyyah, Agus Fathudddin Yusuf, Syamsul Huda, Faizurrahman Hanif Muslih (Gus Faiz), Kholid Mansyur, Ulul Fahmi. Muammar dan Salapudin. Tim juga dibantu Gus Farouq dan Gus Helmy Wafa.

Terus Dilanjutkan
Menurut Habib Umar, Kiai Muslih terkenal tidak hanya di Indonesia, tetapi hampir seluruh dunia yang berkembang ajaran thoriqoh-nya. ”Kiai Muslih itu Jenderal Thoriqoh tingkat dunia. Dimana berkembang thoriqoh, di situ bertemu sanad-nya, mursyid dan gurunya menyambung dengan Kiai Muslih,” ungkap dia.

Secara khusus, dia minta Agus Fathuddin Yusuf dan tim penulis terus menggali berbagai informasi, berkaitan dengan Kiai Muslih. Mulai dari sanad keilmuan, nama-nama guru beliau, pesan-pesan penting (idzoh) atau ijazah dari Kiai Muslih, juga penting untuk ditulis.

Mantan Hakim Mahkamah Konstitusi yang juga alumni Futuhiyyah, Dr HA Fadlil Sumadi juga mendukung Habib Umar Muthohar, agar penulisan Buku Kiai Muslih terus dilanjutkan.

”Menulis Kiai Muslih tidak akan lengkap dan tidak pernah bisa lengkap. Ada tiga masalah saat menulis seseorang. Pertama, keterbatasan jangkauan liputan penulis. Kedua, kesenjangan yang lebar antara apa yang didapatkan dari seorang tokoh dulu dengan menuangkannya. Ketiga, keterbatasan pemilihan kosa kata,” kata Kiai yang tinggal di Ngalian Semarang itu.

Penulis Novel Ayat-ayat Cinta Habiburrahman El-Shirazy menambahkan, buku Kiai Muslih itu sebagai batu pijakan sangat penting, untuk menyampaikan tentang informasi tentang Kiai Muslih dengan lebih spesifik.

”Kalau misalnya setiap tahun atau dalam waktu beberapa hari, diadakan diskusi tentang pemikiran Kiai Muslih. Undang murid Kiai Muslih secara berkala, untuk sekadar bercerita. Biarkan para santri mendengarkan DNA Kiai Muslih,” tutur Kang Abik, yang menyelesaikan gelar Doktornya di Jerman itu.

Riyan-Sol