blank
Rektor Unsiq Jateng di Wonosobo, Dr KH Muchotob Hamzah, MM. Foto : SB/Muharno Zarka

Oleh Dr KH Muchotob Hamzah, MM

Sesuai sabab nuzulnya, dapat disimpulkan bahwa Islam kaffah adalah Islam yang diterapkan dalam semua dimensi kehidupan (QS. 2/208). Akhir-akhir ini masyarakat Islam banyak yang bicara tentang Islam kaffah.

Melihat orang tidak berjenggot, dicap islamnya belum kaffah. Memandang orang bersarung, dibilang islamnya tidak kaffah. Melirik tetangga tidak bercadar, dikatakan islamnya tidak kaffah.

Berjumpa orang tidak bergamis distigma jauh dari Islam kaffah. Apalagi ada orang Islam belum menyatakan berkhilafah dan berbaiat, maka langsung diambilkan hadits dan divonis “jahiliyah” alias kafir.

Lalu macam apakah yang dimaksud Islam kaffah itu? Karena kalau soalnya sekedar jenggot, ternyata salafus-shalih berbeda pendapat. Imam Syafii mensunnahkan dan Imam Hanbali mewajibkan.

Kalau soalnya sekedar bersarung karena sudah menutup aurat dianggap bid’ah, padahal celana dan celana cingkrang juga tak ada di zaman nabi saw.

Kalau soalnya orang bergamis, jangankan nabi. Abu Jahal, Abu Lahab dan Abu-Abu Jelek yang lain juga bergamis. Ini bukan berarti melecehkan gamis, bahkan gamis itu baik. Kalau soalnya sekedar cadar seperti wanita Saudi yang kini lagi digugat, undang-undang Hamurabbi dalam agama Zoroaster para wanitanya juga sudah bercadar.

Kalau soalnya baiat khilafah ala partai tertentu yang konon harus hanya ada satu imam sedunia, berarti kejayaan sainstek Islam yang terjadi waktu adanya dua Dinasti Amawi di Eropa (Andalus) dan Abbasi di Asia (Bagdad) adalah “Jahiliyah” semua.

Demikian juga ketika di Turki ada Dinasti Utsmaniyah lalu di Indonesia ada Diponegoro sebagai sultan dan senopati ing ngalogo sayidin panotogomo khalifatullah tanah Jowo, lalu kerajaan islam yang banyak di Malaisia, India, Indonesia dll adalah “Jahiliyah” juga.

Sesungguhnya jika dipikir, baiat dengan cara mencoblos calon pemimpin bagi serorang muslim, inti dan substansinya juga sama dengan baiat.

Kepemimpinan Islam mondial dengan peran OKI sehingga tercipta kemaslahatan dan ukhuwwah umat Islam sedunia juga telah memadai sebagai sebuah kekhilafahan modern.

Islam Kaaffah

Kalau sekarang belum sempurna ya dibenahi bersama daripada antar aktivis khilafah saling menegasikan bahkan ada yang saling mengkafirkan.

Contohnya, Khilafah versi Al-Qaeda menafikan khilafahnya Hizb Tahrir, dan menafikan khilafah versi ISiS. Begitu juga sebaliknya.

Sama juga ideologi Juhaiman al-Utaibi yang menafikan Wahabi versi kerajaan Saudi sehingga harus memberontak dan menguasai masjid al-haram. Dan ideologi yang demikian terjadi di banyak dunia muslim.

Sesungguhnya, Islam kaffah adalah terpenuhinya dimensi-dimensi kehidupan Islam seutuhnya sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an yaitu: Pertama, aqidah asasnya tauhid (murni) tanpa syirik.

Kedua, ibadah asasnya juga mukhlisiina lahu ad-diin. Ketiga, ekonomi asasnya mu’awanah-tolong menolong-dan simbiosis mutualisme. Keempat, sosial asasnya sawasiyah-kesetaraan- dan saling menghargai karena kemulyaan itu hanya berdasarkan ketakwaannya.

Kelima, politik dan kenegaraan harus ada asas syura dan kebebasan atau hurriyyah. Keenam, hukum harus ada asas keadilan meski kepada diri dan keluarganya. Ketujuh, sainstek dan budaya harus ada asas maslahah dan manfaat.

Itulah pekerjaan rumah umat Islam sedunia. Karena demi Islam yang sesuai dengan segala zaman dan tempat, para mujtahidin telah memberi solusi hukum yang memadai.

Umat Islam cukup mengembangkan, memodifikasi dan merekonstruksi yang perlu selama tidak menyimpang dari keislaman. Dekonstruksi tidak perlu karena dapat menjadikan meratanya madharat bagi kaum muslimin.

Bernegara itu ibadah ghairu mahdhah. Mau negara macam apa selama kebebasan berislam dijamin, jadilah. Misalnya menjadi warga AS, selama bebas menjalani Islam dan berukhuwah islamiyah dengan saudaranya di negara lain, cukuplah.

Seorang muslim menjadi waket partai demokrat seperti Piet Ellison di AS ya lebih baik. Apalagi kita menerima waratsah berupa NKRI dari ulama dan bangsa, negara demokrasi berketuhanan YME. Wallaahu A’lam bis-Shawab!

Dr KH Muchotob Hamzah MM, Rektor Unsiq Jateng di Wonosobo