blank
Tim Muhammadiyah Tobacco Control Centre ( MTCC) Universitas Muhammadiyah Magelang saat memaparkan hasil survey dampak covid-19 terhadap penghasilan petani tembakau. Foto: Suarabaru.Id/ Yon

MAGELANG(SUARABARU.ID)– Pandemi covid-19 yang terjadi sekitar lima bulan lalu berdampak berbagai sektor. Salah satunya sektor pertanian khususnya petani tembakau.

“Meskipun saat ini sedang berlangsung musim panen tembakau, namun selama adanya pandemi covid-19 ini para petani tembakau yang ada di wilayah Kabupaten Magelang dan
Temanggung mengalami kerugian yang sangat besar,” kata Ketua Muhammadiyah Tobacco Control Centre ( MTCC) Universitas Muhammadiyah Magelang, Retno Rudjijati.

Retno mengatakan, pada 21-19 Agustus kemarin, MTCC Unimma melakukan survey terhadap 40 petani tembakau yang ada di delapan kecamatan yakni Kecamatan Pakis, Sawangan,  Kaliangkrik, dan Windusari Kabupaten Magelang. Selain itu juga dilakukan di Kecamatan Jumo, Bulu, Ngadirejo, dan Kledung Kabupaten Temanggung.

Menurutnya, dari 40 petani tembakau yang menjadi sampel survey tersebut mengeluhkan adanya penurunan produksi tembakau dan gagal panen di tahun 2020.

blank
Ketua Muhammadiyah Tobacco Control Centre ( MTCC) Universitas Muhammadiyah Magelang, Retno Rudjijati, Foto: Suarabaru.Id/ Yon

“Penurunan produksi tersebut diakibatkan adanya curah hujan yang cukup tinggi menjelang masa panen,” katanya,
Ia menambahkan, survei tersebut bertujuan untuk membantu petani menyalurkan aspirasinya kepada pemegang kekuasaan di negeri ini.

Sementara itu, penelititi MTCC Unimma Siti Noor Khikmah, mengatakan, kebutuhan tembakau meningkat dari tahun ke tahun dilihat dari pertumbuhan produksi rokok yang
naik pada kisaran lima persen hingga 7,4 persen per tahun.
Sedangkan luasan lahan yang ditanami tembakau mencapai 192.525 hektare dan menghasilkan 163.187 ton tembakau.

Menurutnya, peningkatan produksi tembakau tembakau tidak diimbangi dengan kesejahteraan petani tembakau. Posisi tawar petani selalu kalah dibandingkan dengan pihak industri.

Khikmah menambahkan, meskipun dari hasil mengalami penurunan, tetapi, masih banyak petani yang tetap melakukan budidaya tembakau meskipun sudah mengetahui
kendala tersebut.

“Salah satunya mereka tetap menanam tembakau karena budaya yang turun temurun,” ujarnya.

Dari survey yang dilakukan tersebut, sebagian besar petani berharap kepada para pemangku kepentingan baik pemerintah maupun pabrikan untuk dapat ikut memfasilitasi terwujudnya perniagaan yang adil. Sehingga kesejahteraan petani menjadi lebih baik.

“Kerja sama dan kolaborasi semua pihak diperlukan sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan petani terutama pada masa pandemi COVID-19 ini,” katanya.

Yon