Kepala Puskesmas Kedung II, Suhadi SKM, MMKes saat sosialisasi Adaptasi Kebiasaan Baru pada Ibu hamil di Posyandu

JEPARA(SUARABARU.ID) – Setelah empat bulan berhenti,  Puskesmas Kedung II Kabupaten Jepara kembali mengaktifkan program Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Namun dengan penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) yang sangat ketat.

“Posyandu ini penting. Karena jika tidak diaktifkan maka akan menimbulkan persoalan  lain seperti stunting.  Dampaknya memang bukan sekarang, tapi beberapa tahun yang akan datang,” ujar Kepala Puskesmas Kedung II, Suhadi SKM, MMKes dalam percakapan via WhatsApp dengan SUARABARU.ID.

Pemeriksaan suhu tubuh kepada semua pengunjung oleh petugas.

Ia lantas menjelaskan,  diwilayahnya   terdapat 475 anak balita stunting yang jadi PR tahun 2020. Mereka berasal dari desa Tedunan,  Karangaji,   Kedung Malang,   Panggung,   Surodadi dan   desa Kalianyar. “Karena pandemi, maka pemantauan status gizi untuk balita terhambat. Juga  penanganan balita stunting karena beberapa kegiatan inovasi penanganan stunting yang direncanakan,  terpaksa ditunda,” terang Suhadi.

Suhadi juga menjelaskan, selama pandemi Posyandu di wilayah Puskesmas Kedung II  masih buka,  tapi khusus pelayanan imunisasi balita. “Namun ada 2 desa yang tidak  membuka posyandu selama pandemik yaitu desa Karangaji dan desa Kedungmalang,  dikarenakan banyaknya kasus covid19 (+) di wilayah tersebut. Bahkan   ada balita terkonfirmasi positif, termasuk   ada warga positif yang rumahnya yang dijadikan tempat posyandu.

Susana disebuah Posyandu yang baru saja dibuka kembali

Sebelumnya untuk mengatasi persoalan tersebut saat grafik pandemi covid 19 tinggi pada bulan Meret – Juni,  pelayanan kesehatan balita dilakukan melalui konsultasi WA,  dan kunjungan rumah dengan memperhatikan protokol kesehatan.

“Sedangkan untuk  pembagian biskuit MP ASI dropping dari KEMENKES untuk balita gizi buruk dan pemberian tablet tambah tambah pada remaja putri  dilakukan door to door dengan dibantu oleh kader Posyandu,” ujar Suhadi.

Terkait dengan dibukanya kembali Posyandu ini menurut Suhadi orang tua harus benar-benar perhatikan protokol AKB 3.M, yaitu memakai   masker,  mencuci tangan,  menjaga jarak dimanapun serta meningkatkan  kualitas makan balita gojiwakro (sego siji iwak loro/ 2)  dan PHBS.

Sementara kepada bidan desa diminta untuk melakukan koordinasi dengan pemerintah desa dan kader Posyandu. “Koordinasi dilakukan secara intensif sejak bulan juli melalui forum persiapan desa menuju adaptasi kebiasaan baru, dilanjutkan dengan siaran keliling yang menjangkau semua wilayah untuk penerapan AKB,” ungkapnya.

Sedangkan kepada para petinggi diharapkan  memperkuat tim jogo tonggo,  penyedian desinfektan,  masker dan melakukan sosialisasi keliling AKB. “Saat posyandu mulai buka,  pemerintah desa menyediakan facesield sebagai salah satu APD bagi kader,  thermal gun dan sarana cuci tangan di semua posyandu. Juga  menyediakan PMT dari anggaran desa yang memadai untuk meningkatkan status gizi balita,” tambah Suhadi.

Sementara koordinator Posyandu Puskesmas Kedung 2 Nursiana Puspitaningtyas menambahkan, saat ini total ada 23 posyandu di wilayah kerjanya. Kembali diaktifkannya posyandu ini harus menerapkan  prinsip AKB berupa 3M,  yaitu  memakai masker, mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, serta menjaga jarak.

“Semua pengunjung, baik ibu dan balita wajib  menerapkan 3M,” ungkap wanita yang juga Nutrisionis Pelaksana Lanjutan Puskesmas Kedung II ini.

Salah satu warga,  Aluna mengatakan dia  baru pertama kali mengikuti posyandu bagi anaknya yang berusia enam bulan. Sebab, sebelumnya ditiadakan akibat pandemi.”Baru pertama kali ikut karena sebelumnya diliburkan. Saya senang karena  tadi anak saya diukur berat, tinggi, dan diberi vitamin,” katanya.

Hadepe