SEMARANG (SUARABARU.ID)– Bertepatan dengan momentum peringatan HUT ke-75 Kemerdekaan RI, Pengelola dan Pelaksana Masjid Agung Jawa Tengah (PP MAJT), mulai membuka fasilitas ruang pertemuan Convention Hall yang berkapasitas 2.000 orang, untuk kegiatan umum.
Masyarakat yang akan memanfaatkan fasilitas itu, akan diberi diskon sewa gedung hingga 50 persen. Dan untuk menindaklanjutinya, PP MAJT mengajukan izin pengaktifan kembali Convention Hall kepada instansi terkait, di antaranya kepada Gugus Tugas Satgas Covid-19 Jawa Tengah, termasuk kepada Kapolda Jawa Tengah.
”Convention Hall ditutup sejak Maret 2020 lalu karena covid-19. Namun setelah diberlakukan pelaksanaan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), semua aktivitas di masyarakat harus ikut pula bergerak menuju era normal yang sesungguhnya,” kata Ketua PP MAJT, Prof Dr KH Noor Achmad MA, saat membuka istighotsah dalam rangka peringatan HUT ke-75 Kemerdekaan RI, yang diselenggarakan PP MAJT, Senin (17/8/2020).
BACA JUGA : Datang Berikan Remisi, Ganjar Pulang Dapat Hadiah Lukisan Mesra Bersama Istri
Istighotsah yang dipimpin Pengasuh Ponpes Addainuriyah, Sendangguwo, Semarang, KH Dzikron Abdullah itu, diikuti segenap pengurus dan karyawan-karyawati MAJT. Acara dilakukan dengan protokol kesehatan covid-19 secara ketat.
Di akhir acara, Pengurus PP MAJT Drs H Istajib AS menyerahkan mushaf Alquran tulisan tangan ukuran jumbo, kepada Ketua PP MAJT Prof Noor Achmad. Mushaf yang dimiliki Istadjib itu, merupakan tulisan KH Masrur asal Rembang, yang dibuat mulai 1957-1962.
Prof Noor sendiri menyampaikan apresiasinya atas sumbangan ini, yang selanjutnya akan dimasukkan ke Museum Perkembangan Islam Nusantara, sebagai koleksi museum.
Keuangan Menipis
Menurut Noor Achmad, covid-19 kini harus dijadikan bagian dari kehidupan kita, menuju kehidupan normal dengan protokol kesehatan ketat.
Upaya itu mulai diterapkan PP MAJT, dengan membuka semua fasilitas umumnya sebagai destinasi wisata, termasuk Convention Hall. Salah satu alasannya, akibat kondisi keuangan yang semakin menipis.
Biasanya per bulan pendapatan diatas Rp 1 miliar, dengan pengeluaran untuk operasional berkisar Rp 600 juta. Meskipun sejak awal pandemi sudah diberlakukan efisiensi atau penghematan di semua lini, namun keuangan menyusut cepat, karena belum ada pemasukan kecuali infak Jumat yang jumlahnya relatif kecil.
”Tenaga parkir dan separuh tenaga kebersihan juga ditangani karyawan sendiri, sehingga sedikit menghemat pengeluaran. Bila tidak ada gerakan yang menghasilkan dana, maka dikhawatirkan di akhir tahun ini akan sulit untuk memprediksi kondisi MAJT, yang berusaha tidak mem-PHK karyawan sebanyak 150 orang itu,” tegasnya.
Riyan-Sol