MAGELANG (SUARABARU.ID)– Stabilitas bangunan Candi Borobudur secara rutin selalu dilakukan pengukuran oleh Balai Konservasi Borobudur (BKB). Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi bangunan bersejarah ini.
”Tujuan pengukuran stabilitas monumen ini untuk mengetahui kemiringan struktur batu-batu candi,” kata Kepala BKB Tri Hartono, di Magelang, Senin (20/7/2020).
Menurut dia, pengukuran dilakukan pada periode-periode tertentu, biasanya dilakukan setahun sekali. Namun bisa lebih dari sekali, karena jika terjadi gempa juga dilakukan pengukuran.
BACA JUGA : Gugus Tugas Covid-19 Kab Magelang ‘Tracing’ Warga Kontak Pasien Covid
Dia menyampaikan, dalam pengukuran sudah ditentukan titik-titik tertentu untuk melihat pengukuran secara menyeluruh.
”Kita melakukannya setiap tahun, dari tahun ini, tahun kemarin dan tahun kemarinnya lagi. Untuk mengetahui apakah terjadi perubahan atau tidak,” jelas dia.
Tri menuturkan, kalau tidak terjadi perubahan, berarti struktur monumen stabil. Tetapi kalau ada perubahan, dimungkinkan telah terjadi sesuatu terhadap monumen.
Menurutnya, kalau dalam jangka waktu yang panjang itu biasanya fondasi bangunan mungkin turun sehingga bangunan mengalami perubahan.
Selain pengukuran rutin pada periode tertentu, pengukuran juga dilakukan usai terjadi gempa, karena gempa sangat berpengaruh terhadap bangunan candi.
Dibongkar
Dia menyampaikan, kalau bangunan retak berarti terjadi perubahan. Retak karena gempa ini mungkin bisa terjadi perubahan fondasi, tetapi juga bisa tidak.
”Kalau tidak terjadi perubahan fondasi, berarti kita tinggal memperbaiki struktur itu saja, dan tidak perlu memperbaiki fondasinya,” terangnya.
Namun kalau fondasi rusak terpaksa harus dibongkar. Kemudian dibuat fondasi baru lagi, yang kekuatannya lebih bisa menahan struktur di atasnya.
”Inilah kemudian yang kita sebut pembongkaran dan pemugaran kembali. Tetapi kalau karena gempa dan fondasinya tidak berubah, berarti kita hanya memperbaiki struktur yang bagian atas saja,” tandas dia.
Ant-Riyan
