JEPARA, (SUARABARU.ID) – Sintya Wulandari (21), bungsu dari 3 bersaudara anak pasangan almarhum Sarjo dan Namah adalah gadis yang manja dan mandiri. Juga ramah dan memiliki banyak teman.
Itu pula yang akan dikenang oleh kedua kakaknya, Agus Ahmad Sabis dan Sri Indayati setelah adiknya direngut maut pada hari Rabu 13 Mei 2020 lalu. Mereka tinggal bertiga di rumahnya di Desa Dongos RT 1/RW 1 Kecamatan Kedung. Sebab kedua orang tua mereka telah meninggal dunia.
Kemandirian Sintya mulai nampak saat ia lulus sekolah di MA Miftahul Huda Kedung tahun 2016/2017. Ia langsung bekerja di PT Samwon Busana Indonesia Jepara yang terletak di Desa Damarjati, Kalinyamatan. Bahkan ketika ia keluar dari pabrik tempatnya bekerja, ia tidak mau terlampau lama berdiam diri di rumah.
Baca Juga: Pembunuhan di Jepara, Gadis Cantik Itu Dipukul Kepalanya Usai Shalat
Awal puasa lalu Sintya langsung bekerja di Ada Hijab di Desa Wanusobo dengan gaji Rp 30 ribu per hari. Sedangkan pekerjaan Sintya Wulandari adalah packing barang-barang yang akan dikirim ke pembeli. “Ia ingin menabung dan juga untuk membayar kredit motor bulanan yang diambil sejak dua tahun lalu,” ungkap Agus.
Apalagi Sintya Wulandari juga sedang merencanakan pernikahan dengan kekasihnya, yang juga berasal dari desa yang sama. Mereka telah berkenalan kurang lebih 3 tahun. “Tanggal pastinya belum ditentukan. Namun bulan Januari lalu Sintya telah dilamar,” tambah Agus.
Baca Juga: Kapolres Jepara Optimistis Kasus Pembunuhan Sintya Wulandari Akan Terungkap
Namun mimpi gadis yang dikenal ramah ini pupus sudah. Jasad Sintya Wulandari ditemukan oleh Sri Indayati terbujur kaku di kamarnya dengan darah keluar dari mulut dan wajah lebam bekas pukulan benda tumpul. Juga dada dan kepalanya. Kini kedua kakak Sintya hanya bisa pasrah dan berharap, pembunuh adik yang dikasihi bisa segera tertangkap.
“Tidak hanya pasrah, kami juga sedih, kaget dan marah mendapati kenyatan ini,” ujar Agus Ahmad Sabis dalam wawancara khusus dengan SUARABARU.ID Sabtu (18/5-2020) pagi. Wawancara dengan Agus dapat dilakukan oleh SUARABARU.ID dengan difaslitasi oleh Ketua BPD Desa Dongos Muhammad.
Doa Tetangga
Kami berdoa untuk bapak-bapak polisi, seperti juga doa para tetangga yang ikut tahlil, mereka berdoa agar pelaku cepat tertangkap. Jika ingat peritiswa itu kami sangat sedih, tambah Agus.
Kami juga sedih, sebelum hasil autopsi keluar, justru ada karyawan rumah sakit yang memberitahukan ke umum bahwa adik kami hamil. Padahal perkara adik kami masih dalam tahap penyelidikan oleh polisi.
Baca Juga: Polisi Tidak Mau Berspekulasi Pelaku Pembunuh Sintya Wulandari
“Harusnya pihak kepolisian yang menjelaskan hal seperti ini. Bukan karyawan rumah sakit. Kalau ditemukan tespek, itu sebenarnya sebagai salah satu syarat untuk melamar pekerjaan di PT DCP Travelling Product di Mayong,” papar Agus sedih.
Kini Agus Ahmad Subis dan kakaknya Sri Indayati hanya bisa berharap dan berdoa agar orang yang telah merenggut paksa nyawa adiknya bisa segera tertangkap dan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Juga doa warga yang ikut dalam tahlil di rumah korban.
Bahkan doa dari para netizen yang memberikan simpati atas tragedi yang dialami oleh Sintya Wulandari, gadis ramah yang manja dan mandiri. Semoga arwah Sintya Wulandari diterima di sisi Allah SWT dan mendapatkan tempat terbaik.
Hadepe