blank
Ketua PWI Grobogan, Felek Wahyu, saat menerima secara simbolis 30 paket bantuan dari Dompet Dhuafa yang akan disalurkan kepada kaum dhuafa di Kabupaten Grobogan. Foto : Hana Eswe.

GROBOGAN (SUARABARU.ID)  – Dengan emosi yang meletup-letup, seorang kakek bernama Yakob, asal Desa Dorolegi, Kecamatan Godong, mengungkapkan kekecewaan sekaligus kebingungannya.

Pasalnya, 100 hari silam, istrinya meninggal dunia. Saat ini, ia hidup sendiri di rumahnya dan tidak dapat bekerja lantaran pandemi covid-19 ini. Ia berharap mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah agar dapat menopang hidupnya.

“Awal pandemi, saya masih sama istri. Sekarang sendiri. Istri saya baru saja meninggal 100 hari lalu,” ujar kakek saat ditemui di rumah perangkat desa.

Yakob memang masuk dalam daftar warga tak mampu. Ia menjadi orang yang berhak mendapatkan bantuan dari Kementerian Sosial.  Hal itu terjadi, saat istrinya masih hidup. Selang beberapa saat, ia mendengar kabar cairnya Bantuan Pangan Nontunai (BPNT).

“Saya sangat berharap. Bantuan ini bisa untuk beri makan beberapa bulan, jika bisa sampai corona hilang. Dapat kabar, saya langsung mencoba mengurus ke bank. Tetapi, malah dapat kabar mengejutkan yang bikin saya bingung,” tambah dia saat ditemui di rumah Barokah, perangkat desa setempat, Sabtu (16/5/2020).

Dalam pertemuan itu, ia menyampaikan apa yang dialaminya. Dengan bahasa yang meletup, ia mengungkapkan BPNT itu tak bisa dicairkan lantaran sang istri telah meninggal dunia. “Bantuan ini harusnya untuk warga miskin, KTP atau nama. Yang didata itu warga apa nama. Jika kepala keluarga, kenapa saat istri saya meninggal bantuan tidak bisa dicairkan. Padahal saya datang bawa KK dan surat. Perangkat desa berani menjaminkan diri terkait kebenaran jika istri saya meninggal,tapi tetap tidak boleh,” jelasnya.

Persoalan Yakob ini didengar langsung Dompet Dhuafa. Sebagai yayasan yang bergerak di bidang sosial untuk kaum dhuafa, Dompet Dhuafa menyerahkan bantuan sembako untuk Yakob. “Terima kasih, ini sangat bermanfaat buat saya yang saat ini sedang susah karena tak bisa dapat bantuan sosial lagi,” jelasnya.

Sama-Sama Bingung

Hal yang sama dialami Habibi, yang juga warga Dorolegi. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai buruh serabutan ini bingung sebab bantuan sosial yang disalurkan lewat rekening BRI itu tak dapat dicairkan lagi.

“Saya dengar keluarga saya dapat. Terus saya mau ambil. Tapi di tengah jalan dapat kabar, yang istrinya jadi TKW tidak bisa diambil. Saya ya langsung pulang,” katanya.

Habibi menjelaskan, istrinya bernama Suci telah kerja di Hongkong lebih dari 7 bulan karena telah membayar cicilan biaya berangkat TKW.

Permasalahan Yakob dan Habibi bukan satu-satunya. Ada tiga warga Desa Dorolegi, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan tidak bisa menerima bantuan senilai Rp 600 ribu perbulan lantaran terhalang nama istrinya.

“Tiga orang. Satu istrinya meninggal, satu istrinya merantau di Jakarta dan satu istrinya jadi TKW. Kita coba komunikasikan dengan bank. Tapi tetap ditolak,” kata Barokah.

blank
Relawan dari Dompet Dhuafa Peduli saat menyerahkan bantuan kepada warga miskin di Desa Dorolegi. Foto : Hana Eswe.

Pendataan dari Kemensos memang dilakukan dengan menggunakan nama perempuan sebagai nama penerima sekaligus pemilik nomer rekening di Bank BRI.

Kabid Pemberdayaan Sosial dan Fakir Miskin Dinas Sosial Grobogan Kurniawan mengatakan, bantuan dari kementrian sosial ada dua program, yakni Bantuan Sosial Tunai (BTS) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Keduanya memiliki mekanisme yang berbeda.

Di mana, BTS proses pencairannya bisa diwakilkan keluarga dalam satu KK dengan bukti KTP dan KK. Sementara BPNT tidak bisa diwakilkan.

“BPNT karena ada aturan perbankan, di mana harus peserta yang bisa mengambil bantuan itu. Kami tidak bisa masuk di aturan itu. Kalau BST bisa diwakilkan dengan menunjukan KK dan KTP,” kata dia.

Dompet Dhuafa Peduli

Kristiyono, relawan Dompet Dhuafa menjelaskan, pemberian bantuan diberikan pada 30 warga miskin di Kabupaten Grobogan.

“Bersama PWI Kabupaten Grobogan kita bagikan langsung ke rumah rumah warga. Di Dorolegi, bantuan langsung menyasar ke keluarga yang gagal menerima bantuan sosial. Sama halnya di tempat lain,” katanya.

Dengan bantuan sembako, diharapkan warga bisa mendapat jaminan hidup untuk beberapa hari ke depan sembari melawan penyebaran Corona.

Sementara itu Zulkifli Z Fahmi, sekertaris PWI Grobogan mengapresiasi bantuan Dompet Dhuafa. Di mana, bantuan yang langsung menyasar warga diharapkan meningkatkan imunitas dan daya bertahan hidup warga Grobogan.

“Jika sudah terdata tapi tidak bisa menerima karena istrinya meninggal. Ini ‘kan kasihan. Semoga pemerintah ada solusi terkait permasalahan regulasi perbangkan yang jadi kendala bagi penyaluran bantuan,” katanya.

Hana Eswe-trs