blank
Ilustrasi: Rig Hercules di lepas pantai milik Baker Hughes, Amerika Serikat. Antara

NEW YORK (SUARABARU.ID)– Minyak merosot pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), menghapus kembali lonjakan awal 10 persen karena investor meragukan perjanjian pemotongan pasokan antara anggota OPEC dan sekutunya akan mengimbangi kejatuhan permintaan bahan bakar global akibat pandemi Virus Corona.

Minyak mentah Brent untuk pengiriman Juni, turun 1,36 dolar AS atau 4,1 persen, menjadi ditutup di 31,48 dolar AS per barel. Sementara, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, jatuh 2,33 dolar AS atau 9,3 persen, menjadi menetap di 22,76 dolar AS per barel. Ini penutupan terendah untuk kedua kontrak dalam seminggu.

Produsen minyak yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia sedang menuntaskan kesepakatan untuk mengatasi kelebihan pasokan yang meningkat di tengah penurunan 30 persen permintaan bahan bakar di seluruh dunia. Pandemi telah menghancurkan permintaan global, dan bahkan pemotongan 10 juta barel per hari atau lebih akan membuat jutaan barel terdampar, menekan harga lebih lanjut.

“Jatuhnya harga minyak adalah hasil dari kenyataan bahwa sementara OPEC memotong seperti yang diharapkan, ada terlalu banyak minyak mentah di ruang fisik untuk dijual, dengan terlalu sedikit pipa untuk memindahkannya dan terlalu sedikit pembeli untuk mengambilnya,” kata Scott Shelton, spesialis energi di United ICAP.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, telah mempertimbangkan pembatasan sebesar 15 juta hingga 20 juta barel per hari (bph), atau 15 persen hingga 20 persen dari pasokan global.

Namun menteri perminyakan Iran mengatakan pengurangan produksi 10 juta barel per hari hanya untuk Mei dan Juni 2020. Dari Juli hingga akhir 2020 pemotongan itu akan turun menjadi delapan juta barel per hari, dan kemudian tahun depan menjadi enam juta barel per hari.

“Banyak harapan telah dihargakan ke dalam pasar ini selama beberapa hari terakhir,” kata John Kilduff, mitra di hedge fund Again Capital LLC.

Pemotongan 10 juta barel per hari akan menjadi pemangkasan produksi terbesar yang pernah disepakati oleh OPEC, tetapi Rusia bersikeras hanya akan mengurangi produksi jika Amerika Serikat bergabung dengan kesepakatan.

“Kesepakatan 10 juta barel per hari jauh lebih rendah dari apa yang dibutuhkan pasar saat ini,” kata Bjornar Tonhaugen, Kepala Pasar Minyak di Rystad Energy yang mencatat “sekarang harapan hanya dapat bergantung pada apa yang akan dilakukan negara-negara lain di luar aliansi.”

“Paling-paling, pengurangan produksi yang sedang dipertimbangkan dapat melunakkan pukulan dari penurunan permintaan ini. Dengan demikian harga minyak menghadapi risiko penurunan yang cukup besar setelah konferensi video hari ini,” kata Analis Energi Commerzbank Research, Eugen Weinberg, dalam sebuah catatan.

Kanada dan Brazil memangkas produksi sekarang karena kekuatan pasar, tetapi Jason Kenney, perdana menteri Alberta, provinsi penghasil terbesar Kanada, mengatakan pihaknya telah melakukan bagiannya.

Amerika Serikat belum mengatakan akan mengamanatkan pengurangan produksi. Sebagai gantinya, telah mencatat bahwa kekuatan pasar sudah menyebabkan produsen untuk mundur kembali, ketika memperkirakan produksi turun hampir dua juta barel per hari pada tahun depan.

Rig minyak AS yang beroperasi turun 58 minggu ini menjadi 504, level terendah sejak Desember 2016.

Para menteri energi dari ekonomi utama Kelompok 20 (G20) akan bertemu pada Jumat.

Pertemuan OPEC terakhir pada awal Maret berakhir dengan sengit, dengan Rusia dan Arab Saudi tidak dapat mencapai kesepakatan untuk mengekang produksi ketika virus menyebar, menambah kemerosotan harga.

Ant/Muha

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini