blank
Bupati Grobogan, Sri Sumarni, menerangkan pasien covid-19 tidak jujur pada tim medis saat ditanya riwayat perjalanan sebelum sakit. Foto : Hana Eswe.

GROBOGAN (SUARABARU.ID) – Seorang pasien asal Kecamatan Geyer telah menjalani perawatan selama sepekan di bangsal Aster, RSUD dr Soedjati. Namun, ia diizinkan pulang  ke rumahnya. Setelah hasil swab keluar, dinyatakan positif dan langsung dijemput paksa untuk menjalani isolasi di RSUD dr R Soedjati Purwodadi, Jumat (10/4/2020).

blank
Kalakhar BPBD Grobogan, Endang Sulistyaningsih menjelaskan, kebutuhan pangan bagi keluarga yang diisolasi mandiri akan dimintakan dari dana desa setempat. Foto: Hana Eswe.

Dalam keterangan resmi pada saat jumpa pers bersama tim gugus tugas percepatan penanganan covid-19, Wakil Direktur Bidang Pelayanan RSUD dr R Soedjati, Titik Wahyuningsih mengatakan, warga tersebut sempat menjadi pasien umum di rumah sakit tersebut. Setelah sempat dinyatakan sembuh, pasien tersebut sempat jalan-jalan dan bertemu para tetangga.

“Pasien sempat pulang, saat itu hasil swab belum keluar. Ternyata hasil swab positif. Jadi, pasien kita jemput untuk diisolasi,” kata dr Titik Wahyuningsih.

Dikatakan Titik, saat menjalani perawatan umum, pasien datang sendiri ke RS untuk memeriksakan diri. Selama menjalani pengobatan, ia dijadikan dua pasien lain di bangsal tersebut. “Tidak isolasi. Dirawat dengan dua pasien lainnya. Jadi saat ini kita lakukan isolasi mandiri dua pasien lainnya. Bahkan, 76 karyawan juga kita lakukan isolasi. Ada Dokter, perawat, tenaga administrasi bahkan petugas kebersihan,” katanya.

Sebanyak 40 tenaga medis yang bekerja di bangsal Aster dan Flamboyan diliburkan untuk istirahat di rumah karena pernah menangani pasien. Isolasi mandiri hingga libur kerja selama dua pekan dilakukan lantaran petugas rumah sakit tidak menggunakan alat pengaman diri (APD) standart keamanan sehingga masih berpotensi terpapar virus tersebut.

Menyatu Penyakit Lain

Bupati Grobogan, Sri Sumarni mengatakan, kecolongan pasien corona menyatu dengan pasien penyakit lain,  terjadi lantaran saat dilakukan pemeriksaan pasien yang dirawat sejakk 24 Maret-2 April 2020 itu tidak jujur saat ditanya tim medis tentang riwayat perjalanan, apakah pernah berhubungan dengan daerah endemi khususnya dari luar negeri.

“Perjalanan dari luar negeri, karena menjadi TKW di Hongkong. Ada teman yang punya kerja, dia di Yogyakarta. Selama jadi pasien di RSUD dia tidak mengakui bahwa dia dari luar negeri,” kata Bupati didampingi Kalakhar BPBD Endang Sulistyaningsih dan Kepala Dinas Kesehatan, dr Slamet Widodo.

Paska pasien ditetapkan positif covid-19, maka tim Gugus Tugas Kabupaten Grobogan melakukan penjemputan dan mengisolasi pasien di rumah sakit. Tim Gugus Tugas juga menelusuri pasien telah melakukan komunikasi dengan siapa saja.

“Kita minta keluarga pasien melakukan isolasi mandiri dengan tinggal di rumah selama 14 hari,” tambahnya.

Sementara itu, Kalakhar BPBD Grobogan, Endang Sulistyaningsih menjelaskan, isolasi tersebut dilakukan untuk para tetangganya yang pernah beradaptasi dengannya. “Nantinya, untuk dana desa kita minta guna mencukupi kebutuhan pangan keluarga yang menjalani isolasi mandiri tersebut, ujar Endang.

Pihaknya saat ini melakukan identifikasi kepada orang-orang yang pernah melakukan kontak langsung dengan pasien tersebut.

Rumah Karantina

Terkait permintaan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo untuk mendirikan rumah karantina bagi pemudik yang pulang, Bupati mengaku kebingungan. Pasalnya, mencari rumah di desa yang kosong atau pemanfaatan balai desa tidak bisa dilakukan.

“Kita sempat komunikasi akan gunakan sekolah yang saat ini libur. Tetapi, ada surat edaran dari Menteri Pendidikan agar tidak menggunakan sekolah. Akan kita pusatkan di GOR juga ada penolakan karena terlalu banyak warga,” imbuh Sri Sumarni.

Hana Eswe-trs.