MAGELANG (SUARABARU.ID) – Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito menyampaikan pengarahan umum mengenai ‘Refleksi 9 Tahun Kepemimpinannya’, di Gedung Wiworo Wiji Pinilih Magelang, kemarin. Acara itu dihadiri Wakil Wali Kota Windarti Agustina, Sekda Joko Budiyono, seluruh pimpinan OPD, ASN dan anggota DPRD Kota Magelang.
Acara itu berlangsung santai. Sebelum menyampaikan pengarahannya, Sigit menghibur tamu undangan dengan menyanyikan lagu-lagu yang sedang hits milik Didi Kempot dan Deni Caknan.
Setelah itu kepada para undangan disuguhkan video singkat yang menggambarkan perjalanan kepemimpinan Sigit sejak periode pertama 2010-2015 dan 2016-2020.
Terlihat perubahan Kota Magelang yang lebih baik dari waktu ke waktu, baik dari segi fisik maupun non fisik.
Segi fisik, ada beberapa capaian strategis yang dirasakan masyarakat selama ini. Antara lain pembangunan kembali Pasar Rejowinangun, Universitas Tidar berhasil menjadi universitas negeri, penataan pedagang kaki lima (PKL) khususnya kuliner, penataan taman kota, status Gunung Tidar jadi kebun raya.
Berikutnya, pembangunan kawasan strategis. Yakni kawasan Sentra Ekonomi Lembah Tidar, kawasan Gelora Sanden, kawasan Alun-alun dan Taman Kyai Langgeng.
Kepala Bappeda Kota Magelang Joko Soeparno menuturkan, sesuai dengan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), pembangunan Kota Magelang sebagai Kota Jasa. Ada tiga bidang jasa, yakni pendidikan, kesehatan dan perdagangan.
Tidak hanya aspek fisik. namun juga nonfisik yang capaiannya menggembirakan dan sesuai target. Aspek nonfisik ini bisa diamati melalui indikator makro daerah.
‘’Indikator ini bisa dilihat misalnya pada pertumbuhan ekonomi Kota Magelang yang terus meningkat. Tahun 2018 sebesar 5,59 persen dari 5,42 persen (2017) dan 5,18 persen (2016),’’ tuturnya.
Kemudian, produk domestik regional bruto (PDRB) per kapita Kota Magelang 2018 Rp 67,2 juta per kapita, dari sekitar Rp 62 juta pada 2017. Angka kemiskinan Kota Magelang pun menunjukkan penurunan yakni 7,46 persen (2019).
Indeks pembangunan manusia (IPM) tahun 2018 tercatat sebesar 78,31, tingkat pengangguran terbuka sebesar 4,43 persen. Di sisi lain, inflasi bisa terkendali pada angka dibawah 3 persen. ‘’Kondusifitas wilayah secara umum juga terjaga,” imbuhnya.
Selain itu, gejolak dari masyarakat; hubungan eksekutif dan legislatif juga bisa terjaga keharmonisannya. Selama ini Kota Magelang juga tidak mengalami bencana yang berakibat fatal.
Perhatian pada aspek pendidikan dan kesehatan juga menjadi prioritas, terutama di periode ke dua dengan adanya program pendidikan gratis dan pemberian layanan kesehatan bagi masyarakat serta kesejahteraan ASN juga selalu menjadi prioritas.
Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito menambahkan, refleksi ini merupakan progres reportnya selama 9 tahun memimpin Kota Magelang. Keberhasilan dan peraihan prestasi membanggakan semua.
Walau begitu, Sigit mengakui ada beberapa hal yang masih belum tercapai. ‘’Masih banyak ‘PR’ kita untuk mengentaskan kemiskinan, memajukan kota, kesejahteraan rakyat maupun lainnya,’’ ungkap Sigit.
Dia mengajak para unsur pimpinan untuk berpikir visioner dan berpikir maju mengelola kota. Menurutnya, ini tidak hanya wali kota dan wakil wali kota saja, tetapi juga kepala OPD.
‘’Pada saat saya menjabat, angka penganggurannya 8 koma sekian persen, sekarang 4 koma sekian persen. Angka kemiskinan yang tadinya 15 persen, sekarang menjadi 7. Insya Allah nanti saya mengakhiri (masa jabatan) bisa turun lagi,’’ harapnya. (pro)
Editor : Doddy Ardjono