SEMARANG (SUARABARU.ID)– Haul Gus Dur, menjadi ruang kerinduan, melalui nilai-nilai yang diperjuangkan Gus Dur, karena masyarakat yang setara dan bersaudara, menambah hubungan baik diantara manusia, haul Gus Dur menjadi ruang atas Indonesia yang penuh cinta, hikmah, yang kita imajinasi kan bersama yang akan membawa kesentausaan bersama.
Peringatan haul ke-10 KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam acara rodshow ke 8 dari 10 lokasi dari beberapa daerah di Indonesia kali ini bertempat di Universitas Semarang (USM) sebagai tuan rumah bekerjasama dengan Gusdurian Semarang pada Senin malam (17/2/2020).
Acara ini digagas kalangan muda NU bersama 24 komunitas lintas agama dan Ormas di Kota Semarang dengan menghadirkan Alissa Wahid putri sulung Gus Dur sekaligus memberi tausiyah yang bertajuk Ngaji Kebudayaan.
Rektor USM Andy Kridasusila SE MM dalam sambutannya, berterima kasih kepada panitia yang telah memilih USM sebagai tuan rumah acara haul Gus Dur kesepuluh, semoga malam haul malam berimbas kelakuan kita dalam melakukan aktivitas kita sehari-hari.
“Gusdur adalah bapak pluralisme Indonesia, semoga generasi muda dimudahkan,di tempa, agar bermanfaat bagi masyarakat bangsa dan negara,”ungkapnya
Ditambahkan Andy, Mudah-mudahan, akan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kita, semoga dimudahkan dalam beraktifitas baik aktifitas hablum minallah maupun hablum minan nas.
Kegiatan haul ini dihadiri oleh mahasiswa, masyarakat luas dan tokoh lintas agama di kota Semarang berkumpul menjadi satu dalam bingkai kebersamaan dan dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan gelar seni rebana dan tarian sufi.
Sementara Sapto yang dalam hal ini mewakili sambutan Wali Kota Semarang, sudah 10 tahun Gus Dur sudah wafat, namun hasil konsepsi dan pemikirannya, dapat kita rasakan dalam kehidupan sosial, kontribusi Gus Dur sebagai bapak pluralisme sangatlah besar menjaga Indonesia tetap dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika dari Sabang sampai Merauke.
“Tiga konsepsi Pemikiran Gus Dur yang membuatnya menjadi negarawan yang spesial melalui pemahaman Islam tradisional dan Islam Nusantara, Konsep kecintaan Indonesia, sama halnya kakek beliau mengajak santri perang 10 November merawat keberagaman sebagai jati diri Indonesia dan humanisme, saling toleransi, menghormati dan menolong siapapun melalui nilai-nilai yang universal,”katanya
Tugas kita sebagai penerus Gus Dur melanggengkan pemikiran dalam praktek keilmuan telah membangun bangunan untuk bangunan, menjadi naungan berbagai banyak kalangan.
Disisi lain, Ketua Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kota Semarang, Jawa Tengah Rahul Syaiful Bahri mengatakan putaran roadshow, sudah berjalan setiap tahunya dan menggandeng tokoh lintas agama. Bahwa kebersamaan lintas beragama kita sudah berjalan sungguh luar biasa.
“Hampir setiap bulan, pasti ketemu dan melaksanakan diskusi, kedepan akan menjadi sebuah percontohan hubungan, komunikasi yang baik antar umat beragama, inilah yang diajarkan Gus Dur,” ungkapnya.
sebelum taushiyah, dilakukan pembacaan tahlil, kalimah tayyibah, dan doa dipimpin Rais Syuriyah PCNU Kota Semarang KH Hanief Ismail, setelah itu diisi tembang Jawa oleh KH. Anasom selaku Ketua PCNU Kota Semarang menambah suasana semakin hangat dan menyanyikan lagu lir-ilir sampai pada penampilan sastra pertunjukan yang di isi oleh Lukni An Nairi tentang makna dan kecintaan Gus Dur terhadap bangsa Indonesia ini.
Menurut Alissa Wahid, dalam tausyiahnya bahwa haul Gus Dur adalah , hadiah terindah, terbaik, lebih dari gelar dari nasional, jauh lebih penting , karena cara seperti ini, doa yang di panjatkan, menjadi bekal Gus Dur di akhirat nanti.
“Melalui haul ini, Gus Dur masih saja membuatkan ruang berkumpul bersama karena itu menjadi terindah bagi kami, haul Gus Dur, bukan memuji, mengkultuskan Gus Dur, tapi haul Gus Dur, momen belajar dari apa yang beliau lakukan sepanjang hidupnya, siapa tau, kita bisa membawa di kehidupan sehari-hari, kita semua bisa belajar dari Gus Dur,” ungkapnya
Menurutnya, Gus Dur, itu sering memberi orang lain, Gus Dur sering menjaga amanah untuk rakyat, umat dan untuk kemaslahatan masyarakat.
Gus Dur membela Tionghoa, Gus Dur menyampaikan, di Indonesia, martabat kemanusiaan bagian dari kemerdekaan warganya, sepak terjangnya multidimensi.
“Keadilan kemerdekan dari setiap manusia, dari penindasan-penindasan, pasti dibela Gus Dur, bukan minoritas-mayoritas tetapi keadilan. Perdamaian tanpa keadilan adalah ilusi,”tegas Alissa Wahid sekaligus Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian.
Alissa menambahkan, Gus Dur selalu teguh, perjuangannya, membangun kebudayan dan kemanusiaan, ritual dan budaya boleh berubah, namun mempertahankan tradisi, dan menyerap moderenitas dihayati oleh Gus Dur.
Alissa mengajak orang Indonesia, beragama salah satunya adalah hubbul Wathan minal iman, merawat negara sebagai ibadah, dengan keadilan kemanusiaan, cara menegakkan Islam rahmatan Lil alamin
“Ayo, menempatkan diri, agama sebagai sumber kekuatan, inspirasi, menanam kehidupan sebangsa setanah air,”tambahnya
Dalam konteks, sosial, agama dan politik, sebagai refleksi, haul Gusdur kesepuluh di Semarang diharapkan kedepan Semarang menjadi kota yang adil, dari Semarang bisa menata Indonesia, semoga Indonesia menjadi bangsa adil, makmur dan Sentosa Jadikan Semarang menjadi jendela Indonesia.
Gusdurian di Semarang juga mempresentasikan kegiatan-kegiatan mereka melalui gerakan sosial sampai Gusdurian peduli yang diresmikan langsung oleh Alissa Wahid dengan memukul gong di tengah-tengah para pecinta Gus Dur yang hadir dan sebagai langkah baru Gusdurian Semarang untuk berproses kedepannya agar menjadi lebih baik lagi.
USM-Wahyu