GROBOGAN (SUARABARU.ID) – Ada yang baru di Kota Purwodadi, tepatnya di jalan kolonel Sugiono yang banyak dihuni oleh warga keturunan Tionghoa. Pasalnya, menjelang Tahun Baru Imlek ini, Jalan tersebut dipercantik dengan lampu hias khas Tiongkok.
Selain itu, di pintu masuk sebelah selatan perkampungan dibangun gapura dengan ciri oriental. Hal tersebut merupakan salah satu program yang dilaksanakan Kelurahan Purwodadi.
Menurut Kepala Kelurahan Purwodadi, Hendro Sutopo tujuan dari dipercantiknya Jalan Kol Sugiyono ini adalah untuk membangun semangat persatuan dan kesatuan antara kaum minoritas dengan kaum mayoritas yang tinggal di wilayah Kelurahan Purwodadi. Saat ditemui di kantornya, Hendro menjelaskan, Jalan Kolonel Sugiyono merupakan salah satu tempat bersejarah di Kota Purwodadi. Banyak kaum keturunan Tionghoa yang bermukim di wilayah tersebut.
“Karena itu, kami terpikirkan untuk menghias Kampung yang banyak dihuni keturunan Tionghoa ini dengan tujuan mengenalkan kepada masyarakat, khususnya di Kota Purwodadi, bahwa di sinilah sudah sejak lama banyak orang-orang Tionghoa yang tinggal di tempat tersebut. Mereka berbaur jadi satu dengan masyarakat asli Kota Purwodadi,” jelas Hendro, Jumat (17/1/2020).
Hendro menjelaskan, pemasangan lampu hias dan gapura ini dibangun bersumber dari Dana Kelurahan 2019 dengan anggaran Rp 150 juta. Ornamen lampu hias ini ditulisi beragam kata-kata kebajikan dari berbagai ajaran agama yang ada di Indonesia.
“Harapan adanya pembangunan lampu hias dan gapura ini guna menghidupkan kembali suasana kampung agar bisa menjadi seperti dulu . Dengan demikian, kita bersama-sama saling merangkul satu sama lain. Kami ajak kaum minoritas supaya tetap bergandengan tangan tanpa ada sekat dalam hubungan relasi antara masyarakat asli dengan keturunan Tionghoa. Karena sebetulnya, kita ini tinggal di Indonesia, kita ini semua orang Indonesia,” ungkap Hendro.
Pihaknya bersyukur, setelah melakukan pendekatan dengan warga setempat, program hias kampung ini akhirnya dapat berjalan lancar. Saat ini, pembangunannya sudah hampir selesai. Jika kita lihat di sisi kanan dan kiri jalan tersebut, lampu-lampu hias tersebut sudah terpasang, selain itu gapura juga sudah berdiri megah di pintu masuk kampung ini.
Berharap Jadi Destinasi
Meski pembangunan lampu hias dan gapura ini sebgai tahap awal pembangunan Kampung Bhineka, (salah seorang penghuninya mengatakan demikian-red). Hendro menjelaskan masih banyak pengembangan yang akan dimasukkan ke dalam program ke depan. Antara lain, pertunjukan seni budaya dan kuliner di perkampungan tersebut. Rencananya, kegiatan ini bisa dilakukan pada saat perayaan Cap Go Meh.
“Nantinya untuk seni budaya yang ditampilkan bukan hanya pertunjukan barongsai atau kebudayaan khas Tiongkok saja. Juga kuliner yang dijajakan tidak hanya makanan khas cina saja. Akan tetapi, seluruh komunitas bisa tampil di ajang ini, juga makanan khas dari Purwodadi juga bisa dijual di sini. Saya optimis, kegiatan ini bisa kita lakukan tahun depan. Harapan kita, setelah ini kampung ini bisa dihias lebih baik oleh pihak lain. Dengan demikian bisa jadi tempat destinasi baru bagi wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Grobogan,” tambah Hendro.
Tidak hanya pengembangan wilayah perkampungan cina saja yang menjadi program Kelurahan Purwodadi. Pihaknya juga sudah mewujudkan perkampungan tematik lainnya di wilayah Kelurahan Purwodadi, seperti pembangunan gapura di kawasan pemukiman Kauman.
Antusias
Handoko, salah seorang warga di Jalan Kol. Sugiyono, mengucapkan terima kasih atas perhatian dari perangkat kelurahan Purwodadi atas dibangunnya gapura dan lampu hias di kampung mereka. Pihaknya tidak menyangka, hal yang begitu sederhana ini bisa membangkitkan kebersamaan kaum Tionghoa yang tinggal di wilayah ini dengan Pemerintah Kabupaten Grobogan melalui Kelurahan Purwodadi.
“Meski masih ada beberapa warga Tionghoa di Kota Purwodadi memiliki sikap yang tertutup, tetapi saya pribadi sebagai orang yang dituakan di wilayah ini berharap ke depan warga kami lebih solid lagi. Tercipta kerukunan dalam keberagaman tanpa ada sekat-sekat,” pungkas Handoko.
Hana Eswe-wahyu