blank
Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UNSIQ Jawa Tengah H Hasan Asy'ari S Pd I MSi ketika mengisi materi "Pendidikan Politik Perempuan" yang digelar DP3AP2KB bekerja sama dengan PC Muslimat dan PC Fatayat NU Wonosobo. (Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka)

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UNSIQ Jawa Tengah di Wonosobo H Hasan Asy’ari S Pd I MSi mengajak kader Muslimat-Fatayat NU untuk belajar sejarah dari tokoh perempuan seperti Siti Hawa, Khotijah, Ratu Kalinyamat dan Hj Nyai Sholikhah.

“Jangan terlalu menyederhanakan peran politik perempuan sekadar memperoleh jabatan di eksekutif dan legislatif semata. Sebab, lebih dari itu, kaum perempuan punya sejarah panjang dan pengaruh luar biasa bagi peradaban manusia di dunia ini,” sebutnya.

Mantan anggota DPRD Wonosobo dan DPRD Propinsi Jawa Tengah itu, mengatakan hal tersebut saat menjadi pemateri dalam acara “Pendidikan Politik Perempuan” yang diikuti kader Muslimat-Fatayat NU se-Wonosobo di Gedung PCNU setempat.

Siti Hawa, istri Nabi Adam, tambahkanya, punya pengaruh besar sehingga bisa mendampingi suami menurunkan manusia ke bumi ini. Karena pengaruh istrinya itu, Nabi Adam bisa keluar dari surga dan turun ke bumi sehingga terbangun peradaban manusia.

“Khotijah, istri Nabi Muhammad SAW, juga sangat mempengaruhi kehidupan Nabi pada masa-masa berikutnya. Beliu sudah tahu sebelumnya jika Muhammad SAW bakal menjadi seorang Nabi. Saat menerima wahyu pertama, Khotijahlah yang terlebih dulu tahu,” paparnya.

Ratu Kalinyamat putri Raden Trenggono yang jadi panglima perang juga punya pengaruh yang sangat luar biasa pada Pangeran Diponegoro sehingga mampu melawan penjajah dan saat ini berdiri Negera Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdiri kokoh.

blank
Anggota DPRD Jawa Tengah dari Dapil Wonosobo, Temanggung dan Purworejo Ahmad Fadlun SY mengharapkan kaum perempuan aktif dan ambil peran terlibat dalam proses politik dan penentuan kebijakan publik. (Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka)

Ambil Peran

“Sedang Hj Nyai Sholikhah punya peran mendidik putranya, Gus Dur untuk melakukan proses kaderisasi bagi kaum muda NU. Beliulah yang menyadarkan sejarah sesungguhnya tidak ada perang 10 November di Surabaya”, tegasnya.

Yang ada, imbuhnya, adalah Resolusi Jidah 22 Oktober yang kini diperingati sebagai Hari Santri Nasional (HSN). Dalam sejarah, perempuan ternyata punya peran politik yang sangat strategis dalam perjalanan sebuah bangsa dan peradaban manusia.

Anggota DPRD Propinsi Jawa Tengah dari Dapil Wonosobo, Temanggung dan Purworejo Ahmad Fadlun SY mengharapkan kaum perempuan harus aktif dan ambil peran untuk terlibat dalam proses politik dan ikut terlibat dalam penentuan kebijakan publik.

“Kader perempuan punya posisi strategis karena jumlahnya besar. Jangan hanya mau dimanfaatkan saat pemilu,” katanya dalam acara yang digelar Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Jawa Tengah itu.

Dalam kegiatan yang diikuti kader-kader muda perempuan NU se-Wonosobo itu, Gus Fadlun -demikian dia kerap disapa – juga mengungkapkan jika politik itu tidak bisa berjalan sendiri tapi musti mau bekerjasama dengan banyak pihak.

“Ke depan keterwakilan kaum perempuan di legislatif harus lebih banyak. Pada Pemilu 2024 kader Muslimat-Fatayat NU harus duduk di DPRD Wonosobo dan DPRD Provinsi Jateng di semua dapil yang ada. Karena kader perempuan NU sangat banyak,” pintanya.

Muharno Zarka/mm