WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Anggota Komisi E DPRD Provinsi Jawa Tengah Muhammad Isnaeni mendukung kegiatan peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2025 yang digelar Komunitas Jurnalis Wonosobo (KJW) dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), setempat.
Kegiatan HPN yang diselenggarakan KJW dan PWI Wonosobo sendiri terdiri dari berbagai agenda. Seperti mini soccer, tasyakuran dan doa bersama di Gunung Cilik, studi tiru integrated farming di Bandung dan sarasehan pemanfaatan tehnologi pertanian modern bagi generasi Z (Gen Z).
Menurut wakil rakyat dari Dapil Jateng IX (Wonosobo, Temanggung dan Purworejo) itu, pihaknya mengapresiasi inisiasi wartawan yang mengambil tema HPN 2025, “Pers Mengawal Ketahanan Pangan untuk Kemandirian Bangsa”. Apalagi masalah ketahanan pangan kini tengah jadi perhatian pemerintah.
“Wonosobo itu daerah pertanian. Potensi itu harus terus dikembangkan. Anak-anak muda generasi Z (Gen Z) memang perlu dikenalkan dengan tehnologi pertanian modern. Perlu dikampanyekan bahwa menjadi petani milenial itu bisa sukses dan kaya. Saya sampai hari ini juga masih jadi petani,” tegasnya.
Pemerintah dan wakil rakyat, diharapkan Isnaeni, untuk bisa selalu berkolaborasi dengan kalangan wartawan. Sebab, insan pers itu punya posisi yang sangat strategis di masyarakat. Informasi yang disebarkan lewat media sangat bermanfaat dan memberikan nilai positif bagi kemajuan bangsa dan daerah.
Barisan Hok-Ya
![blank](https://suarabaru.id/wp-content/plugins/wp-fastest-cache-premium/pro/images/blank.gif)
Selain peduli pada dunia pertanian, politisi asal Bejiarum Kertek Wonosobo itu, juga concern terhadap dunia kesenian, khususnya seni tradisional Kuda Lumping. Dialah yang membesarkan Barisan Hok-Ya dengan mengumpulkan satu per satu seniman serta kelompok keseniannya.
“Nama Barisan Hok-Ya kini telah dikenal luas di masyarakat. Nama Barisan Hok-Ya sebenarnya bahasa gaul dari masyarakat di lereng Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing saat mengapresiasikan rasa senang dan bahagianya terhadap sesuatu. Biasanya diapresiasikan melalui tarian atau jogetan,” ujarnya.
Masyarakat Wonosobo, lanjutnya, kalau melihat sesuatu yang senang biasanya spontan berucap Hok-Ya. Akhirnya Barisan Hok-Ya dijadikan nama wadah kesenian di daerah ini. Bahkan Isnaeni menggelar acara pentas akbar dari paguyuban kesenian Barisan Hok-Ya.
Dikatakan M Isnaeni, yang juga anggota Fraksi PDI Perjuangan itu, dunia kesenian sekarang masih cenderung termarjinalkan. Maka dunia seni tradisional perlu diangkat derajatnya oleh semua kalangan, baik pemerintah, legislatif termasuk pers. Dia berobsesi akan mengangkat derajat dunia kesenian sama seperti sektor yang lain.
“Kesenian di sini terbagi menjadi tiga kelompok yaitu Tari Bangilun Putri, Tari Jaranan dan Tari Lengger. Saya harap dengan cara seperti ini kesenian itu tetap ada, tidak punah dan terkikis oleh budaya modern. Terbukti dengan pentas seni ini, anak muda punya slogan “Ora Lenggeran Ora Maer, Ora Ngimblik Ora Asyik. Ini slogan sangat dahsyat,” cetusnya.
Muharno Zarka