GROBOGAN – Warga di Dusun Sanggrak, Desa Jambangan, Kecamatan Geyer menjadi perhatian bagi Perum Perhutani KPH Gundih. Pasalnya, warga yang tinggal di sekitar pinggiran hutan wilayah kerja Perhutani KPH Gundih tersebut mengalami krisis air bersih akibat musim kemarau.
Sumur tadah hujan serta sungai yang menjadi gantungan hidup masyarakat setempat sudah mengering sejak dua bulan lalu. Desa Jambangan ini merupakan desa yang paling parah mengalami krisis air setiap musim kemarau.
Biasanya, warga berburu membuat belik yakni lubang yang digali dari dasar sungai untuk mencari sumber air. Selain itu, mereka juga mencari sumber mata air di tengah kawasan hutan mata air. Tetapi hutan tersebut juga sudah mengering akibat musim kering yang terjadi pada bulan ini.
Hal itu menjadi dasar Perhutani KPH Gundih BKPH Kuncen bersama Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) melaksanakan penyaluran air bersih ke dusun tersebut. Menurut Administratur KPH Gundih Agus Priantono, mengungkapkan selama ini warga kesulitan mendapatkan air bersih. Jika memang harus membeli, namun warga merasa harganya lebih mahal. Dari harga semula Rp 125 ribu menjadi Rp 350.000 – Rp 500.000.
“Permasalahannya, dusun ini jauh dari perkotaan sehingga harganya terlalu mahal. Semoga bantuan ini bisa sedikit membantu dan mendorong berbagai pihak untuk ikut membantu drop air,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Perum Perhutani KPH Gundih melaksanakan droping air sebanyak 5 tangki di Dusun Sanggrak. Pihaknya memutuskan melKukan droping air ini karena warga sangat membutuhkan bantuan air bersih itu. “Kalau memang sangat butuh bantuan, kami akan laksanakan,” tambah Agus.
Warga menyatakan antusias atas bantuan air bersih tersebut. Mereka membawa ember, jerigen atau tempat penampungan air lainnya ke lokasi droping air tersebut. Turmanto, warga setempat, berharap setiap minggunya ada bantuan air bersih masuk ke dusun mereka agar kesulitan air ini bisa teratasi.
Hingga BKPH Segorogunung
Kesulitan air bersih tidak hanya dirasakan warga di wilayah KPH Gundih saja. Sebanyak tiga desa yang berada di kompleks BKPH Segorogunung KSKPH Kradenan KPH Gundih juga merasakan bantuan air bersih yang disalurkan KPH Gundih.
Bantuan itu diberikan secara simbolis oleh Waka Administratur KPH Gundih Cahyo Artanto. Sebanyak 10 truk tangki air bersih berkapasitas masing-masing 4.000 liter ini didistribusikan di wilayah yang mengalami kekeringan parah dan lama.
Salah satunya di Desa Nglinduk. Warga setempat merasa senang diberikan bantuan dari Perum Perhutani. Dimana, wilayah mereka masuk pada BKPH Segorogunung KPH Gundih. “Saat musim kemarau ini, warga di sini memenuhi kebutuhan air harus mencari di sungai atau masuk ke hutan untuk mencari sumber air. Kami berharap Pemkab Grobogan melihat penderitaan warga di dusun kami yang memang membutuhkan bantuan air bersih,” ucapnya.
Senada dengan Darpin, warga Dusun Ngasem Desa Pelem, mengungkapkan dirinya bersama warga lain harus berjalan 3-4 kilometer ke sungai agar bisa mendapatkan air guna memenuhi kebutuhan sehari-hari dan memberi minum ternak.
Dampak kemarau tahun ini memang sudah dirasakan warga sejak lima bulan terakhir. Guna memenuhi kebutuhan air, warga tak jarang membeli air bersih dengan cara iuran. Harganya mencapai Rp 250 ribu per tangki. Meski demikian, jumlahnya semakin terbatas sebab dari sumber airnya sendiri juga sudah menipis. “Hanya bantuan air bersih ini yang bisa kami harapkan,” pungkasnya.
suarabaru.id/Hana Eswe.