blank
Grebeg Sura dimeriahkan dengan kirab 4.300 apem. Ditandai dengan pengusungan gunungan apem oleh petugas yang mengenakan pakaian keprajuritan.

WONOGIRI – Kirab sebanyak 4.300 buah apem conthong Berkah Arafah 1030, Kamis malam (12/9), digelar untuk memeriahkan tradisi Grebeg Sura Tahun Wawu 1953 atau  Muhamaran 1441 H. Event tradisi budaya Suran ini, digelar di ibukota Kecamatan Jatisrono (30 Kilometer arah timur Kota Wonogiri).

Prosesi kirab, diawali oleh arak-arkan yang dipimpin Subamanggala, disusul barisan tujuh pemuda pembawa persembahan apem yang diwadah dalam 7 buah tampah. Kemudian disambung barisan para santri pembawa obor, dan pemikul tiga usungan joli tempat tiga buah gunungan apem yang masing-masing menjulang tinggi dalam format vertikal.

Nur Aris Munandar dari Yayasan Khidmatul Ummah selaku Panitia Grebeg Bulan Sura, menyatakan, masing-masing gunungan apem berisi 1.030 buah apem. ”Ini khusus apem conthong, yang masing-masing apem dibuat memakai cetakan conthong dari daun nangka,”`ujar Nur Aris sembari menyebutkan untuk tiga gunungan totalnya berisi sebanyak 3.090 apem. Selebihnya, apem diwadah dalam 7 tampah, yang selanjutnya semua apem dibawa dalam arak-arakan prosesi krab.

Camat Jatisrono, Endriyo Rahardjo dan tokoh masyarakat setempat Tarmanto, menyatakan, kirab mengambil start dari halaman Pendapa Kecamatan Jatisorono. Berjalan kaki menuju ke Lapangan Gunungsari timur Pasar Jatisrono. Untuk menandai pemberangkatan kirab, dinyalakan kembang api di tempat start, yang memancarkan aneka pijar nyala api menembus kegelapan langit.

Para petugas pemikul joli usungan gunungan apem, mengenakan pakaian keprajuritan. Salah seorang pengususng, Suyadi, menyatakan, pembauatan apem sebanyak 4.300 buah tersebut, dilakukan oleh 7 kelompok. ”Masing-masing kelompok beranggotakan sepuluh orang,” jelasnya. Selama proses pembuatan apem, tambah Suyadi, semua orang yang terlibat harus dalam keadaan suci. Manakala batal kesuciannya, karena kencing atau kentut misalnya, maka harus wudlu lagi.

Bahan apem dibuat dari tepung beras, gula jawa, air, santan kelapa dan kurma. Air yang dipakai untuk membuat adonan apem, memakai air yang telah didoakan oleh KH Ahmad Saad, pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Baitul Mustafa, Pelang, Jatisrono, Wonogiri.
Semua itu, tambah Suyadi, dilakukan dalam upaya agar apem dalam Grebeg Sura ini, memiliki tuah kebaikan bagi warga yang merngiginkannya.

Sebab, ketika tiba di lapangan dan selesai upcara protokoler, semua apem dibagikan kepada warga masyarakat. Namun, masyarakat yang berambisi untuk mendapatkannya, buru-buru beramai-ramai maju untuk berebut mendapatkan apem Suran.

Nur Aris menambahkan, Grebeg Sura kali ini diisi dengan aneka kegiatan yang dijadwalkan berlangsung selama 5 hari. Kirab apem Berkah Arafah 1030, merupakan agenda hari ketiga yang dirangkai dengan pentas wayang kulit semalam suntuk oleh Ki Dalang Eko Sunarsono.

Sebelumnya, event ini diawali dengan festival orkes keroncong, dirangkai malam berikutnya pementasan Ketoprak dari Ngesti Budaya, disusul seni karawitan dari MTs Guppi Jatiroto. Selanjutnya digelar parade band dan sajian bintang tamu orkes humor Pecas Dhae dari Solo. Malam Minggu (14/9), akan digelar pengajian akbar bersama Habib SyehBin Nuch Al Hadad, Kiai Ahmad Saad dan KH Muhamad Maghfur .

Selama agenda Grebeg Sura berlangsung, di Lapangan Gungsari, Jatisrono, Wonogiri, digelar bazar yang diikuti oleh sebanyak 205 stand penjualan aneka kebutuhan masyarakat dan produk unggulan. Juga dilakukan penyantunan anak-anak yatim piatu, dan pemberian bantuan untuk kaum duafa.(suarabaru.id/Bambang Pur)

  

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini