GROBOGAN – Berjalan terbata-bata menuju ke kelas, itulah yang sehari-hari dilakukan Karisma Dwi Maulia, siswi SDN 2 Selo, Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan. Pelajar kelas 2 SD tersebut sehari-hari berjalan menggunakan kaki palsu di kaki kanannya. Hal ini dikarenakan gadis belia 7 tahun ini sudah menyandang disabilitas sejak lahir.
Saat ia berusia 4 tahun, Karisma menggunakan kaki palsu yang juga berasal dari bantuan. Seiring dengan bertumbuhnya Karisma, ukuran kaki palsu tersebut semakin sempit. Bahkan, ia sering jatuh saat berjalan.
“Akhirnya sama bapaknya dibuatkan penyangga dari pralon supaya Karisma bisa jalan meski memang rasanya sudah tidak begitu enak. Bahkan, dia sering mengeluh kalau sakit dibuat jalan, tetapi mengeluhnya sama saya. Sama orang lain dia tidak pernah mengeluh. Kami sendiri tidak bisa membeli sendiri lantaran harganya sangat mahal dan kami tidak mampu,” ujar Nur Hidayah, ibunda Karisma saat ditemui suarabaru.id, Selasa (6/8).
Sambil menitikkan air mata, Nur Hidayah mengatakan anak keduanya ini sudah mengalami disabilitas sejak lahir. Dengan kondisi seperti ini, ia dan suaminya tetap menerima Karisma apa adanya. Hingga akhirnya, sang putri mendapatkan bantuan kaki palsu.
“Sekarang dia tambah tinggi, jadi kaki palsunya sudah tidak pas, karena itu kami berharap Karisma bisa dapat bantuan kaki palsu lagi,” kata Nur Hidayah.
Sesekali air mata Nur Hidayah menetes. Menurut dia, keluarganya terbilang masuk dalam keluarga tidak mampu. Meski demikian, dirinya tidak pernah mendapatkan bantuan sosial jenis apapun. Bahkan, pernah dirinya melaporkan ke petugas TKSK dan Pemerintah Desa setempat, namun belum mendapatkan tanggapan.
“Kami juga masih tinggal sama orang tua karena itu saya sangat mengharapkan bantuan dari pemerintah agar anak saya ini bisa mendapatkan bantuan kaki palsu, “ ujar warga Dusun Plumpungan, Desa Selo, Kecamatan Tawangharjo ini.
Sementara itu, Kepala SDN 2 Selo, Sutrisno menjelaskan, Karisma sebagai anak didiknya awalnya sangat tertutup saat duduk di kelas 1. Bahkan, kesehariannya saat sekolah, ibunda Karisma harus menungguinya dari masuk hingga pulang sekolah. Seiring berjalannya waktu, Karisma bisa terbuka dengan teman-temannya dan tidak lagi ditunggui ibunya saat bersekolah.
“Mulai mau membaur bersama teman-temannya saat duduk di kelas 2 ini. Prestasinya juga baik. Namun, hal yang membuat saya dan teman-teman guru sedih karena saat ini kondisi kaki palsunya rusak sehingga disiasati dengan menggunakan pralon yang dibuat ayahnya. Kami kasihan kalau tiba-tiba dia jatuh,” ujar Sutrisno.
Hal yang sama diutarakan Sutrisno. Pihaknya berharap Karisma mendapatkan kaki palsu baru yang dapat membuat aktivitas Karisma.
“Kalau sudah ada kaki palsu yang baru, mungkin aktivitas Karisma bisa menjadi lebih baik lagi,” ujar Sutrisno.
suarabaru.id/Hana Eswe.