TEMANGGUNG – Alunan doa dari sejumlah tokoh lintas agama berkumandang di Desa Kalimanggis Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung, Sabtu (20/7) siang. Satu persatu, tokoh dari lintas agama seperti Islam, Katolik, Protestan, Budha dan aliran kepercayaan Sapta Darma bergantian memanjatkan doa sesuai ajaran agama dan kepercayaan masing-masing.
Dalam doa yang digelar di depan Vihara tersebut, semua umat duduk bersimpuh tanpa sekat. Ada beberapa ibu-ibu yang mengenakan pakaian Budha berdoa khyusuk, di sampingnya ada ibu-ibu lain yang mengenakan jilbab. Ada pula sejumlah suster dan pastor serta dan penganut aliran kepercayaan yang tampil dengan pakaian keagamaan masing-masing.
Dengan penuh khidmad, semua masyarakat menengadahkan tangan, termasuk Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Tidak ada yang membeda-bedakan dalam acara bertajuk Doa Bersama Merawat Toleransi untuk NKRI itu, karena semuanya memiliki tujuan yang sama, yakni bersatu untuk mendoakan negara tercinta, Indonesia.
Ganjar memang sengaja datang ke desa itu, karena ingin melihat bagaimana kehidupan keberagamaan di masyarakat. Sebab disana, masyarakat dapat hidup rukun dan damai, meski terdapat berbagai agama dan kepercayaan.
Saat hendak sambutan, Ganjar pun larut dalam suasana kerukunan itu. Ia membuka salam dengan agama Islam, dilanjutkan salam dengan agama dan kepercayaan yang ada, dijawab masing-masing pemeluk agama dengan kompak.
“Ini contoh yang menarik, ada satu desa yang mampu merawat keindonesiaan yang baik. Dengan keragaman agama dan kepercayaan yang ada, mereka dapat hidup rukun, bersatu dan membangun desanya secara bersama-sama,” ucap Ganjar.
Toleransi dan kerukunan yang begitu erat itu lanjut dia merupakan aset penting yang harus terus dijaga. Apa yang terjadi di Desa Kalimanggis menurut Ganjar, merupakan sebuah gambaran yang sebenarnya dari Indonesia.
“Ini contoh desa luar biasa, yang tentunya dapat menjadi contoh daerah lain. Saya senang, saya bangga, mari kita sampaikan pesan damai dan toleransi ini kepada bangsa. Dari Kaloran, mari kita wujudkan Indonesia yang toleran,” tegasnya.
Kerukunan antar umat beragama di Kalimanggis lanjut dia harus dirawat dengan baik. Sebab apabila seluruh masyarakat rukun, maka seluruh persoalan yang muncul di permukaan akan mudah terselesaikan.
“Kalau kerukunan sudah kental, maka hampir seluruh persoalan di masyarakat akan mudah diselesaikan. Saya senang, saya bangga dengan suasana ini, dan semoga semua ini tetap lestari,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Kalimanggis Kecamatan Kaloran, Didik Agung Susilo mengatakan, kerukunan antar umat beragama di desa tersebut sudah terjadi sejak puluhan tahun silam. Di desa tersebut, tempat ibadah semua agama dan aliran kepercayaan juga disediakan.
“Jadi setiap dusun ada tempat ibadah, ada Masjid, Gereja, Vihara, tempat semedi seperti gua dan untuk aliran kepercayaan dan sebagainya,” terangnya.
Setiap ada kegiatan perayaan hari besar keagamaan lanjut dia, semua masyarakat dilibatkan tanpa membedakan agamanya. Dan setiap pembacaan doa, semua tokoh agama diminta memimpin doa secara bergiliran.
“Sudah menjadi kebiasaan, misalnya Maulid Nabi, panitianya juga ada yang non muslim. Natalan juga seperti itu. Semua berjalan dengan damai dan saling menghormati,” pungkasnya. (suarabaru.id/hp)