REMBANG -Juru kunci makam, istilah pekerjaan yang satu ini kedengarannya menakutkan. Tapi bagi Marjuki (83), menjadi juru kunci di komplek pemakaman Krapyak, tepatnya di Desa Sidowayah, Kecamatan Kota Rembang bukan hal yang menjadi beban hidupnya.
Dia katakan, meskipun banyak orang yang tak suka dengan pekerjaan ini, tetapi bagi dirinya sedikitpun tak ada rasa penyesalan. Bahkan Marjuki merasa semakin dekat dengan Tuhan. Alasannya, hampir setiap hari dia melihat orang meninggal yang dimakamkan di tempat itu. Dari situ dia selalu ingat bahwa suatu saat akan mengalami hal yang sama.
Pria yang punya 9 anak ini mengaku sudah 13 tahun menjadi juru kunci komplek pemakaman Krapyak. Meski masa kerjanya sudah cukup lama, tetapi tak pernah menerima honor dari pemkab, lebih lagi dari desa.
”Sebenarnya saya tak begitu mempersoalkan masalah gaji. Tapi karena Bapak menanyakan masalah ini, ya saya ceritakan seadanya,” kata Marjuki kepada suarabari.id.
Kemudian, dia menceritakan pengalaman masa lalunya. Dulu, ketika Drs H Wachidi Rijono menjadi bupati, beliau pernah menjanjikan akan menguruskan soal gaji bulanan. Tetapi entah karena apa, janji itu belum terealisasi.
”Kalau sekarang Bapak mau membantu saya, ya terima kasih. Tetapi kalau tidak, ya tak apa-apa,” ucapnya.
Lalu, dari mana bapak bisa mendapatkan penghasilan? Marjuki mengemukakan, Tuhan itu maha adil. Semua manusia pasti mendapat jatah rezaki. ”Termasuk saya juga sering mendapat rezeki,” ujarnya.
Pria yang pantas dipanggil mbah itu kemudian menjelaskan, yang namanya rezeki itu macam-macam, dan datangnya juga tidak bisa diperkirakan sebelumnya.
”Terus terang saja, saya sering mendapat rezeki dari peziarah. Soal besarnya berapa, tak masalah. Yang penting halal,” katanya.
Satu hal yang menjadi pantangannya, dia tak mau memborong pekerjaan yang ada hubungannya dengan proses pemakaman. Alasannya, karena sudah diwanti-wanti oleh seorang kiai.
Ditanya soal pengalamannya menjadi juru kunci makam, Marjuki mengatakan, makam Krapyak itu gawat, dan tidak boleh diperlakukan seenaknya. Sebagian besar pendahulu saya, rata-rata cuma mampu bertahan 1-3 tahun menjadi juru kunci di sini (Krapyak). ”Tapi alhamdulillah, saya bisa bertahan sampai 13 tahun,” katanya.
Bapak pernah mendapat gangguan? Marjuki mengatakan, kalau melihat peristiwa yang ganjil, sering. Tapi tak sampai mencelakakan dirinya.
Ceritanya, pohon asam yang berdiri di sebelah tenggara pintu masuk makam tak sekedar jadi peneduh makam, namun juga melahirkan kisah mistis. Seperti uangkap Marjuki, pohon asam itu ditunggui oleh mahluk halus yang ujudnya perempuan tua. Herannya, beberapa waktu lalu si penunggunya sering menampakkan diri, dan setelah itu pohonnya roboh. ”Mungkin dia akan pamitan dengan saya,” katanya.
Hal ganjil lainnya yang pernah dia lihat pada malam hari adalah dua perempuan muda yang berada di tengah-tengah hamparan kuburan. Beberapa saat kemudian kedua perempuan itu menghampiri dirinya, dan memberikan uang Rp20 ribu. Setelah itu langsung menghilang di tengah kegelapan.
”Sampai sekarang uangnya masih saya simpan, dan masih utuh,” ujarnya, seraya menunjukkan tempat kejadiannya.(suarabaru.id/Djamal A Garhan)