blank
Rapat : Suasana Rapat Pengurus MUI Jateng bersama Ormas, Dipimpin Ketum MUI Jateng Dr KH Ahmad Darodji Msi, didampingi Sekum Drs KH Muhyiddin MAg, Sekretaris Prof Dr Imam Taufik MAg dan Drs Multazam Achmad MA

SEMARANG– Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah memrakarsai rapat koordinasi dengan mengundang para pimpinan ormas Islam, di Kantor MUI Jateng, Komplek Masjid Baiturrahman, Kamis (25/10). Rapat membahas ketegangan di kalangan umat Islam akhir-akhir terkait peristiwa pembakaran bendera, di Garut, Jawa Barat.

Rapat dipimpin Ketum MUI Jateng Dr KH Ahmad Darodji Msi, Sekum Drs KH Muhyiddin MAg, Sekretaris Prof Dr Imam Taufik MAg dan Drs Multazam Achmad MA. Pimpinan ormas yang hadir antara lain Ketua DPW LDII Jawa Tengah Prof Singgih Tri Sulistiyono, Ketua IPHI Jawa Tengah H Harsono, Ketua PW Aisyiyah Dr Hj Umul Baroroh, dan Pengurus PW Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jateng Drs Sardjuli SH MSI.

Terhadap peristiwa tersebut MUI Jateng beserta pimpinan ormas Islam bersepakat mengimbau semua elemen untuk cooling down, menahan diri dan jangan terprovokasi ataupun memprovokasi dalam situasi tersebut. Semua potensi umat Islam diharapkan mengedepankan sikap ahlakul kharimah, memperkuat ukhuwah Islamiyah serta mengimplementasikan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin.

Kiai Darodji menegaskan, kita harus menyadari saat ini tengah ada aktor yang sengaja ingin mengaduk-aduk, mengadudomba serta berusaha membenturkan kita sebagai sesama muslim. Semakin kita terjebak dalam pertikaian maka itulah yang mereka kehendaki.

“Di tengah situasi yang rentan terpecah ini, jangan ada yang terjebak pada langkah destruktif. Biarlah peristiwa pembakaran bendera diselesaikan secara tuntas oleh pihak berwajib. Tugas kita, menjaga umat masing-masing agar tidak terprovokasi oleh situasi ini sertaa senantiasa taat pada hukum,” tegas Kiai Darodji.

Imbauan berikutnya, segenap elemen umat muslim diminta tidak memperpanjang konflik. Kini, suasana sudah mendingin kita sambut dengan menganggap semua persoalan sudah selesai. Sikap memperpanjang masalah justru akan berpotensi memunculkan perpecahan baru. (suarabaru.id/sl)