blank

Oleh: Endang Setyowati,SKM, MKep

KOMUNIKASI dan relasi merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Komunikasi diciptakan untuk mencapai tujuan relasi. Relasi tidak akan terjadi bila tanpa komunikasi. Dimana pada dasarnya komunikasi merupakan kunci dalam membangun sebuah hubungan, terlebih lagi komunikasi memegang peranan yang penting dalam proses sosialisasi antara satu individu dengan individu lainnya.

Pada prinsipnya semua orang dapat berkomunikasi tergantung dengan tingkatannya bahkan anak kecil pun dapat melakukan komunikasi namun tentu dengan sekadarnya. Komunikasi dapat menciptakan sebuah ruang yang dapat menjadikan individu menjadi saling lebih mengenal mengerti dan juga memahami satu dan lainnya.

Suksesnya komunikasi tidak hanya menjadikan komunikasi yang baik namun juga efektif. Perlu diketahui bahwa setidaknya harus terdapat minimal tiga unsur dalam komunikasi, yakni komunikator dalam hal ini pihak yang terlibat dalam komunikasi, media yang digunakan dalam komunikasi untuk menyampaikan pesan atau isi komunikasi, serta pihak yang menerima pesan. Tentunya isi pesan merupakan hal yang amat penting karena pesan inilah yang merupakan hal yang ingin disampaikan dalam komunikasi.

Komunikasi menjadi alat untuk mencapai tujuan dalam kondisi apapun, termasuk di masa merebaknya Covid-19 saat ini. Adanya kebijakan lockdown, pembatasan fisik dan social distancing, serta work from home yang terjadi di semua tatanan. Kondisi ini tentu mempengaruhi komunikasi. Tak jarang kesalahpahaman muncul akibat komunikasi tanpa tatap mata, atau pertemuan langsung.

Mengapa hadir kesalahpahaman dalam sebuah komunikasi. Sebab utamanya adalah telah hilangnya kasih sayang. Di era lockdown seperti sekarang ini, komunikasi jarak jauh tanpa tatapan mata menjadi pilihan kebanyakan.

Tak hanya fisik dan emosi yang beresiko mengalami kerentanan. Pun komunikasi jarak jauh menjadi rentan salah persepsi yang lalu menjadi sumber konflik, kesedihan dan keputusasaan. Akhirnya rengganglah tali pertemanan, persaudaraan dan relasi pekerjaan. Kualitas hidup menjadi taruhannya.

Mengapa terjadi? Karena hilangnya kasih sayang. Kasih sayang mudah didapatkan ketika jarak dekat dan lekat. Karena emosi yang dibangun terjadi ketika salam, sapa, senyum, eye contact dan touch diperoleh secara nyata.

Hubungan saling percaya atau trust mudah dijalin. Lalu mengapa menjadi sulit manakala jaraknya jauh. Seharusnya tidak terjadi. Mengapa? Bagaimana caranya agar tujuan komunikasi dapat tercapai walau tidak bertemu langsung?

Seharusnya jarak tidak perlu menjadi problema utama dalam komunikasi, dengan syarat menghadirkan hati, menyiapkan rasa, membangun kasih sayang yang kesemuanya dapat ditempuh dengan ikhlasnya berimajinasi. Bagaimana caranya. Yuk simak bersama.

Pertama, saat membangun komunikasi jarak jauh, pemilihan kalimat adalah penting. Pilih kalimat yg positif, karena semua yg positif akan kembali pada kita. Kedua, bermainlah imaginasi, seolah anda sedang berhadapan dengannya.

Hal ini akan membantu anda membangun emosi yang baik, lalu kasih sayang akan muncul di sana. Jiwa yang baik akan hadir, ketika anda mampu merasakan kehadiran orang yang sedang anda ajak bicara. Itulah yang namanya membangun kasih sayang.

Komunikasi yang baik didasari kasih sayang, kepedulian, tenggang rasa dan toleransi. Jadilah insan yg positif, sabar,mudah memaklumi dan penuh kasih sayang. Saat unsur unsur tersebut dapat dipenuhi, tujuan komunikasi akan tercapai.

Kehidupan menjadi tenang, relasi terjalin baik, hubungan sosial menjadi semakin berkualitas. Indahnya kehidupan ini bila diawali dengan menebar kasih sayang.

Wahyu Endang Setyowati SKM MKep, Dosen Keperawatan Mental Psikiatri Fakultas Ilmu Kepearawatan Unissula, Sekretaris Team Task Force Pencegahan Covid-19 UNISSULA, Pemerhati Tumbuh Kembang Sehat Jiwa Anak Remaja dan Konselor Bullying.