blank
PELATIHAN RENTAN – Suasana saat pelatihan pembuatan gladiol berlangsung.(hm)

SEMARANG – Tiga puluh perempuan yang termasuk katagori rentan  mengikuti pelatihan membuat gladiol yang diselenggarakan oleh  Yayasan Anantaka   bekerjasama  dengan  PT Sumber Alfaria Trijaya , Alfamart Cabang Semarang.  Tsaniatus Solihah, Direktur Pendidikan yayasan  yang konsen terhadap permasalahan anak dan keluarga rentan  mengatakan,  tanggung  jawab memenuhi kebutuhan keluarga tidak hanya dilakukan  oleh  laki-laki  saja, tetapi perempuan  dalam hal ini seorang istri  bisa membantu  menambah penghasilan keluarga,  sehingga anak-anak tidak perlu  dipekerjakan.,

Kegiatan belum lama ini  berlangsung  di Gunungsari , juga dihadiri oleh Tri Waluyo, Kabid  Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kota Semarang , Mohammad Sofii , Perwakilan dari PT Sumber Alfaria Trijaya . Sebagai  pelatih adalah  Anis Wahyu Nurhayati, seorang  pengrajin gladiol dari  Gunung Brintik

Menurut  Tsaniatus Solihah , dengan pelatihan ini  diharapkan bisa memberikan ketrampilan ibu-ibu untuk menghasilkan produk yang bernilai ekonomi sehingga dapat membantu memenuhi kebutuhan keluarga.

Ekonomi

Yayasan Anantaka sebelumnya  melakukan  konseling  terhadap 126 anak rentan di Kota Semarang mendapatkan  43% anak  bekerja  karena diminta membantu orang tuanya atau atas kemauan sendiri. Mereka  menjual koran atau menjual  makanan keliling. Hal ini dilakukan semata-mata untuk mencari uang saku atau uang kebutuhan mereka sekolah, karena orang tua mereka tidak mampu untuk membiaya kebutuhan mereka.

Umumnya pekerjaan orang tua mereka adalah buruh pabrik, pekerja serabutan, tukang sapu, pemulung dan kuli.

Peraturan Daerah

Anak jalanan di Kota Semarang masih menjadi persoalan yang perlu mendapatkan perhatian lebih, meskipun sudah ada peraturan daerah tentang penanganan anak jalanan, gelandangan dan orang  terlantar . Kenyataannya  masih dijumpai anak anak menggelandang  di beberapa titik di Kota Semarang. Tidak  hanya itu anak-anak dalam kondisi rentan turun ke jalan pun masih cukup banyak ditemukan, mereka bahkan terancam putus sekolah.

Penyebab persoalan itu 90 persen adalah karena ekonomi, kata Tsaniatus Solihah.    Pekerjaan rata-rata dari orang tua mereka adalah buruh pabrik, kerja serabutan, tukang sapu, pemulung dan kuli. Sebagian besar perempuan baik kepala keluarga atau ibu dari mereka adalah ibu rumah tangga yang tidak bisa bekerja membantu suami mereka meningkatan penghasilan.

Mereka tidak mempuyai ijazah sehingga sulit untuk mendapatkan pekerjaan dan hanya berdiam diri saja di rumah.  Sementara itu branch manager Alfamart Semarang , Muryanto mengatakan bahwa ini adalah program CSR, pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk membekali ketrampilan pada perempuan  agar bisa memberi  nilai tambah dalam memenuhi kebutuhan keluarga nya. Yayasan Anantaka juga menyambungkan  ke pihak lain yang akan membeli karya mereka sehingga mereka tidak perlu bingung untuk memasarkan.(Suarabaru.id/humaini)