blank
Salah satu titik daratan di Pantai Rembang yang terkena abrasi, yakni di Desa Pangkalan, Kecamatan Sluke. Dalam foto ini, ada beberapa potong tulang manusia yang tertimbun runtuhan batu dan tanah akibat abrasi. (suarabaru.id/Avian)

REMBANG – Sebuah makam di Desa Pangkalan, Kecamatan Sluke, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, rusak dan sebagian isi kuburan berupa tulang tercecer di kawasan pesisir desa itu. Kerusakan makam itu akibat abrasi yang dipicu gelombang pasang air laut.

Beberapa warga di Desa Pangkalan, umumnya mengatakan dampak abrasi sudah dirasakan warga cukup lama, mungkin belasan tahun lalu dan sekarang kian parah. Abrasi ini ada kemungkinan disebabkan masifnya pengerukan pasir laut dan pengambilan batu karang di pesisir Sluke. Pasir laut dan batu karang yang diambil digunakan untuk pembuatan bangunan, termasuk untuk reklamasi pantai guna perluasan pemukiman.

“Di makam ini sudah banyak kuburan yang hilang ditelan air laut. Jika air laut surut, banyak tulang manusia berserakan di pesisir. Ini belum termasuk tulang yang hanyut dibawa arus air laut,” kata Sumarjan, kepada suarabaru.id, Senin (5/8).

Ahli waris makam, khususnya yang hilang akibat terkena abrasi tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali bersedih. Mereka tidak tahu mengadu ke mana. Sementara untuk bisa menyelamatkan makam dari hantaman gelombang butuh dana besar dan tak mungkin dibiayai warga,

Dampak abrasi juga mengakibatkan beberapa makan di pesisir pantai Kragan dan Sarang perlahan tergerus. Arus ombak yang besar terus menerjang serta mengikis bibir pantai hingga pekuburan. Saat ini panjang abrasi sudah mencapai puluhan kilometer, mulai dari daratan Rembang bagian timur hingga Sarang.

“Semenjak adanya pengambilan pasir laut dan batu karang, termasuk banyaknya reklamasi liar pantai, belum ada respon baik dari pemerintah, sehingga lingkungan pantai menjadi rusak. Ini terjadi hampir di kawasan pantai Kabupaten Rembang.

Memang, sejauh ini belum ada identifikasi kuburan yang hilang akibat terkena abrasi. Namun jika dilihat dari bekas daratan yang terkena abrasi, mungkin cukup banyak kuburan yang hilang.

Warga mengingat, sejak aktifitas reklamasi liar dan pengambilan pasir dan batu karang oleh orang yang tidak taat aturan, sudah banyak rumah warga di bibir pantai ambruk akibat terkena abrasi.

Tak cuma itu, puluhan tanaman penghijauan sabuk pantai juga tumbang akibat abrasi. Ratusan tanaman cemara di kawasan wisata pantai, seperti di Pantai Nyamplung, Karang Jahe, dan Caruban juga porekporanda diterjang gelombang pasang.

Puluhan kepala keluarga (KK) yang rumahnya terkena abrasi sudah cukup banyak. Mereka terdapat di desa-desa pantai, tepatnya di wilayah Kecamatan Sluke, Kragan, dan Sarang. “Abrasi merusak segalanya, namun hingga kini belum bisa dicegah,” kata warga.

Mereka yang rumahnya terkena abrasi terpaksa dipindahkan oleh pemerintah desa. Namun sebagian masih ada yang bertahan alias tidak mau pindah, meski sewaktu-waktu rumahnya bisa roboh.

Asisten II Sekda Rembang, Abdulah Zawawi membenarkan adanya kerusakan pantai akibat abrasi. Ia juga tidak membantah saat disebutkan banyaknya kuburan, rumah warga, dan tanaman penghijauan sabut pantai yang hilang akibat abrasi.

“Pemkab sudah berusaha mencegah abrasi dengan cara membangun tanggul pantai. Tapi pembangunan tanggul baru diprioritaskan di beberapa titik saja, yang lain belum,” katanya.(suarabaru.id/Avian)