blank
BERDESAKAN: Ribuan warga berdesakan melihat berlangsungnya arak-arakan dalam rangka prosesi larung sesaji sedekah laut Desa Tasikagung, Rembang.(Djamal A Garhan)

REMBANG – Ribuan warga, laki-laki dan perempuan, tua dan muda rela berdesak-desakan  di kanan dan kiri jalan pantura dan jalan protokol,  untuk melihat arak-arakan dalam rangka prosesi larung sesaji sedekah laut Desa Tasikagung, Kecamatan/Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Kamis ( 13/6/2019 ) pagi tadi..

Acara tersebut sudah turun temurun dilakukan oleh masyarakat nelayan di Desa Tasikagung, sebagai wujud rasa syukur kepada Sang Pencipta, karena sudah diberi hasil tangkapan ikan yang melimpah selama mereka bekerja mengarungi lautan luas.

Wartawan media on line ternama di Jateng, suarabaru.id yang mengikuti jalannya acara tersebut, sebelum sesaji dilarung ke laut, terlebih dahulu diarak oleh masyarakat desa setempat menyusuri jalan pantura dan protokol Kota Rembang. Arak-arakan sesaji juga diikuti dengan puluhan kendaraan hias serta tabuhan musik tradisional.

Saking banyaknya masyarakat yang ikut menyaksikan acara tersebut, jalan Pantura Rembang mengalami lumpuh hampir empat jam. Di bagian timur, kemacetan panjang terjadi mulai dari pertigaan Suklin hingga Desa Bangi. Sedang di bagian barat, kemacetan mulai dari pertigaan Pentungan hingga Desa Punjulharjo, Kaliori.

Menurut keterangan warga Desa Tasikagung, dalam acara sedekah laut itu selain diadakan kirab dan larung sesaji, juga di suguhkan berbagai hiburan, diantaranya ketoprak, pentas music dangdut, panjat pinang, dan ditutup dengan pengajian akbar.

Sedekah laut Desa Tasikagung ini pada dasarnya hampir sama dengan sedekah laut yang diselenggarakan oleh warga desa pantai lainnya di Rembang. Hanya bedanya, sedekah laut Desa Tasikagung diselenggarakan bertepatan dengan acara “Kupatan”, sehingga menambah keramaian acara tersebut.

“Tradisi nelayan Tasikagung menyelenggarakan sedekah laut dan larung sesaji ini selalu diadakan setiap tahun sekali, bertepatan dengan bulan Syawal,” kata Sumardi, warga setempat.

Mereka berharap kepada pemerintah agar jaring cantrang tetap diperbolehkan sebagai alat tangkap, sehingga kesejahteraan nelayan terus meningkat. “Kalau kesejahteraan nelayan membaik, kami masih bisa melestarikan tradisi sedekah laut,” terangnya.(suarabaru.id/Djamal A Garhan)

 

blank
DILARUNG: Setelah diarak keliling kota, sesaji dibawa ke tengah laut dengan perahu nelayan, kemudian dilarung.(Djamal A Garhan)