blank
Rumah kontrakan AH terduga teroris di Godong. Insert, ibunda AH. Foto: Hana Eswe/Yon

MAGELANG – Mugo Slamet (45) ibunda terduga teroris AH yang ditangkap Detasemen Khusus (Densus) 88 antiteror di Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan, mengaku terkejut, karena anak pertamanya terlibat jaringan terorisme.

“Saya terkejut, karena selama ini anak saya itu bekerja sebagai tukang servis hp di Semarang,” kata Mugo Slamet, Rabu (15/5).

Mugo mengatakan, selama ini AH dikenal sebagai orang pendiam dan seorang yang lugu.

Selain itu, AH  selama ini juga dikenal tidak bisa menjalankan dakwah. Mugo menganggap anaknya lugu dan tak percaya anaknya diduga terlibat jaringan terorisme.

“Dia itu biasa-biasa saja, Bukan orang yang macam-macam. Dakwah-dakwah juga tidak bisa. Anaknya lugu dan pendiam,” katanya.

Ia mengaku mendapat kabar tentang anaknya ditangkap Densus 88, dari Kepala Dusun Prampela. Setelah mendapat kabar tersebut, ia mencoba menghubungi anaknya melalui telepon genggamnya. Namun tidak ada jawaban.

Karena tidak ada jawaban, ia  lalu  menanyakan  kepada istri AH, yakni M  yang bekerja di salah satu Pondok Pesantren Tahfidz di Godong, Grobogan. Namun jawaban dari M sendiri juga tidak mengetahui ke mana suaminya pergi.

Hingga saat ini ia  masih bingung mencari informasi keberadaan anaknya. Pasalnya, sampai saat ini tak ada pemberitahuan resmi dari pihak berwenang. “Saya telepon AH tetapi tidak bisa. Istrinya juga tidak tahu, dan hanya bilang perginya sejak subuh, sampai sore tidak pulang-pulang,” ujarnya.

Menurut sepengetahuannya, anak pertamanya tersebut bekerja sebagai tukang servis telepon genggam di Semarang . Dan , bila ia pulang kampung, kerap membawa pulang banyak handphone  yang rusak , lalu memperbaikinya.

Ia juga mengaku berkomunikasi dengan AH terakhir kali  tiga hari yang lalu dan mengabarkan akan mudik lebaran mendatang ke Kaliangkrik. “Tiga hari lalu ia  hanya bilang akan berlebaran ke Kaliangkrik terlebih dahulu, sebelum mudik ke Karanganyar. Selain itu,  pada pemilu kemarin ia juga  sempat pulang untuk mencoblos,” ujarnya.

Mugo juga menceritakan, anaknya tersebut  pernah belajar di Pondok Pesantren di Cirebon. Kemudian kembali dan bertolak ke Semarang. Selama di Semarang, katanya ia  kuliah, tetapi Mugo tak mengetahui pasti anaknya berkuliah di mana. Kemudian bekerja di Semarang, sampai ada berita dia ditangkap di Grobogan.

Ibunda AH sendiri hingga saat ini masih berharap adanya kejelasan informasi dari pihak berwenang terkait nasib anaknya.  Dan ,ia percaya anaknya  tersebut tidak bersalah.

“Anaknya itu pendiam, gak pernah macem-macem. Kami minta doanya untuk Hafidz, semoga dia tidak apa-apa,” ujarnya.
Sementara  terpisah  Kepala Desa Adipuro, Waluyo, membenarkan jika AH yang ditangkap petugas Densus 88 antiteror tersebut warga di Dusun Prampelan, Desa Adipuro, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang.

Namun untuk kebenaran berita penangkapan salah satu warganya ,dirinya belum mendapatkan informasi resmi dari pihak berwenang. “ Saat ini  hanya mendengar dari  kabar-kabar yang beredar melalui media sosial atau grup whatsapp,” katanya.

Namun jika benar hal  itu benar, pihaknya akan menyerahkan kasus tersebut kepada hukum. Dan dirinya  tidak bisa menyikapi lebih jauh karena belum ada informasi yang jelas. Suarabaru.id/yon