TEGAL (SUARABARU.ID) – Pandemi covid-19 membawa dampak semua bangsa di dunia tak berdaya. Tak terkecuali Kota Tegal menghadapi kewan lembut yang tak tampak sampai-sampai melakukan pemadaman lampu jalanan dan 49 titik jalan dipasangi beton berton-ton.
Hal itu disampaikan Lanang Setiawan selaku editor buku antologi Puisi Tegalan Mati Rasa Mati Kuasa dalam Pengantar Pembukaan.
Menurutnya, buku ini, merupakan catatan penting tentang musibah pembasmian manusia paling jahat dan onar sepanjang sejarah manusia.
“Orang bilang peristiwa ini pase menuju zaman akhir.
Karena apa? Marabahaya seperti ini belum pernah terjadi keonaran segemuruh ini. Jika penjahat perang melenyapkan nyawa manusia dalam hitungan ribuan, belum seberapa dengan petaka yang sedang kita dihadapi,” katanya.
Dalam lanjutan pengantarnya, lebih lanjut dia memaparkan bahwa marabahaya ini tergolong membabi buta. Tak cuma terjadi dalam satu negara, melainkan menyeluruh ke seantero jagad secara simultan. Pantas betul bila musibah ini dinamai pageblug sejagat.
“Amerika Serikat sekarat.
Italia merana.Inggris nangis nggegiris.
Spanyol kowol-kowol.
Francis teris-iris.
India menderita, dan Negara China dihina-dina.”
Buku setebal 112 halaman ini terhimpun kurang lebih 47 puisi Tegalan. Para penulisnya terdiri dari para wartawan, tukang kayu, pengamen jalanan, dosen, seniman, pejabat, guru, penganggur, dan bahkan mantan Wakil Walikota Tegal yang pernah menjabat rektor turut berparisipasi.
Buku yang diterbitkan Komunitas Sastrawan Tegalan ini, Sabtu (09/5) telah terbit. Sebelumnya, Komunitas Sastrawan Tegalan ini sudah menerbitkan antologi puisi Tegalan – Jerman bertajuk Deutschland Geniessen (Njlajah Jerman), antologi Puisi Pendek Tegalan tiga baris yang dinamai Kur 267, berjudul Layang Layang Strern alias Lintang Layang Layang dalam bahasa Tegalan Jerman dengan penulis Lanang Setiawan berkolaborasi dengan Siswi SMA Negeri 1 Slawi, Kabupaten Tegal, Fajrina Citra Asokawati bertindak sebagai alihwacan bahasa Jerman.
Kecuali itu, telah terbit juga antologi Kur 267 berjudul “Kota Beton”, serta antologi WangsiKur, sebuah karya sastra Puisi Tegalan berjudul “Begawan Cinta”.
wied-trs