blank

blank

DALAM kisah pewayangan,  Dewi Kunthi diberi Ajian Pameling hingga pada masa mudanya ia dapat mendatangkan siapa pun. Jika Ajian itu dibaca, siapa pun yang dikehendaki datang, tidak kuasa menolak kehendaknya. Dan tidak terkecuali apakah yang dikehendaki itu sosok Dewa sekalipun. Berbekal Ajian Pameling itu, Dewi Kunthi dapat memanggil para dewa yang kemudian memberikan beberapa putra yang dikenal sebagai Pandawa Lima.

Ilmu semacam itu bukan hanya ada dalam cerita pewayangan. Dan pada   dasarnya, ilmu yang digunakan untuk memanipulasi dan memengaruhi kehendak orang lain hingga dia menuruti keinginan pemilik ilmu itu tidaklah mustahil terjadi.

Dalam kisah para sufi juga dikenal para tokoh yang memiliki keahlian dibidang itu. Misalnya, Sayyid Fajar al-Majdzub (Abad ke – 10). Ia sering meminta uang kepada orang lain, dan jika uang sudah terkumpul banyak lalu dibagi-bagikan kepada orang yang membutuhkan, terutama para fakir miskin, janda dan siapa pun yang layak dibantu.

Bahkan  terkadang uang itu ia pendam di pekarangan warga lalu ditinggal dan dibiarkan agar nanti  diambil oleh orang yang membutuhkan. Bukan hanya itu, Sayyid Fajar – sebagaimana diceritakan oleh Jamal al-Din Ibn Syaykh al-Islam Zakariyya al-Anshari – saat  meminta uang dengan jumlahnya harus sesuai yang dikehendakinya.

Sedangkan yang dilakukan Syaikh Wahisy al-Majdzub (917-H), caranya beda lagi. Jika dia melihat ada pejabat negara sedang melintas daerahnya,  pejabat itu disuruh turun dari kendaraan  (himar)  dan setelah itu  diminta untuk menuntun tali kepala himar yang dinaikinya.  Jika pejabat itu menolak, lalu dibuat mematung, kaku, hingga akhirnya ia tak kuasa menolaknya.

Repetisi “ Doa dan Mantra”

Posisi mantra atau jenis bacaan tertentu adalah “alat bantu”. Mantra atau bacaan-bacaan itu bukan satu-satunya yang menimbulkan kekuatan. Dalam bahasa yang lebih sederhana, “katamu adalah doamu”. Artinya, ucapan lisan yang terprogram adalah kekuatan insaniah yang jika dilakukan secara intens dapat menghasilkan kekuatan Ilahiyah.

Dalam teknik hipnosis modern, teknik itu juga dikenal. Bedanya, hipnosis modern lebih tertumpu pada teknik verbal, sedangkan konsep supranatural untuk memengaruhi subjek (sasaran) melalui energi batin targetnya bisa  melalui tatapan mata, gelombang suara, dan energi lembut yang memancar dari badan halus.

Kunci sukses dari mengolah kekuatan supranatural harus disesuaikan tahap spiritual seseorang. Orang yang lebih dekat dengan konsep animisme-dinamisme lebih pas melakukan ritual tradisi yang terkesan “aneh”, sedangkan konsep modern identik dengan metode yang terkonsep jelas, logis, misalnya melalui metode pernapasan, konsentrasi, sedangkan konsep religius pada umumnya melalui doa, wirid dan jenis laku batin lainnya.

Mistik yang berkembang di negeri ini pada umumnya memiliki pendekatan berbeda, melalui  :

  • Japa mantra (pemujaan pada alam, tokoh sakti, dan keakuan) .
  • Riyadah, bentuk disiplin diri, “mengurangi” kenikmatan duniawi, puasa, dsb.
  • Mantra religius (perpaduan antara religi dan tradisi), dan,
  • Aurad (Doa rangkuman orang-orang suci, para Imam, Wali, misalnya, hizib).

Sabda Alami(ah)

Selain konsep laku (ritual) sebagaimana tersebut diatas, sebenarnya ada konsep lain yang juga diajarkan para leluhur. Jika sebagian besar orang lebih terpaku dengan konsep laku ritual (mantra, puasa, doa, wirid) dsb, sebenarnya ada konsep yang tidak kalah ampuh, dan seseorang yang mampu memegangnya, apalagi keduanya -ritual,sosial-  maka dia memiliki kemampuan dalam “Sabda Pangucap”.

Alkisah, suatu saat Nabi Muhammad SAW mengundang warga sekitar (orang Quraisy). Ketika mereka berkumpul, Nabi bertanya, “Bagaimana pendapat kalian, andai aku katakan bahwa ada pasukan berkuda keluar dari balik gunung ini, apakah kalian memercayainya?”

Mereka, kaum Quraisy menjawab serentak, “Kami belum pernah mendengarmu berbohong.”

 

Kalimat ini pendek, sederhana, tetapi terkandung makna sangat dalam. Yaitu, jika kita ingin memiliki lidah bertuah, hingga siapa pun yang kita ajak bicara itu pasti memercayainya, maka biasakanlah untuk menjaga lidah itu agar selalu berkata jujur.

Agama sangat menghargai orang-orang jujur yang dapat dipercaya. Bahkan dalam sebuah hadis disebutkan, saudagar yang jujur, yang dapat dipercaya, kelak akan dimasukkan dalam golongan para Nabi dan para syuhada. Bahkan dalam bentuk perniagaan, orang yang berkata jujur akan mendapatkan berkah dari perniagaannya.

Sebaliknya orang yang menyembunyikan sesuatu (berdusta), maka keberkahan dari transaksinya itu dihapus oleh Tuhan. Maka, bersyukurlah jika kita diberi kekuatan oleh-Nya untuk mendapatkan keduanya. Ya “gendam” hasil ngelmu, ya “gendam” hasil perilaku.

Masruri, praktisi dan konsultan metafisika tinggal di Sirahan, Cluwak, Pati.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini