blank
Ketersediaan buku yang manarik mampu menumbuhkan antusiasme siswa mengunjungi perpustakaan. Foto: Hadepe

blank

Oleh : Sri Hidayati

Banyak orang yang tidak menyadari ada sebuah peringatan di tanggal 18 Oktober yang sangat penting dan bermakna strategis yaitu  Peringatan Hari Perpustakaan Sekolah Internasional (International School Library Day).

Hari Perpustakaan Sekolah Internasional diadakan pertama kali atas prakarsa Dr. Blanche Wools, presiden dari International Association Of School Librarianship (IASL) pada 18 Oktober 1999. Peringatan tahunan ini didedikasikan untuk meneguhkan pentingnya perpustakaan sekolah dalam dunia Pendidikan.

Perpustakaan sekolah memiliki peran penting dalam meningkatkan kemampuan literasi dan informasi tidak hanya bagi peserta didik (siswa) tapi juga bagi pendidik (guru). Di berbagai tempat, perpustakaan semakin memperteguh eksistensinya tidak hanya sebagai pusat etalase sumber belajar namun sudah bertransformasi menjadi pusat pendidikan, pusat informasi bahkan sebagai pusat rekreasi edukasi.

blank
Siswa SMK Islam Tsamrotul Huda Jepara sedang membaca buku di sekolah. Foto: Dok

Namun sayang, sejak merebaknya covid-19 disadari ataupun tidak telah menggeser eksistensi perpustakaan sekolah sebagai salah satu tempat siswa dan guru mencari sumber belajar. Banyak ditemui perpustakaan yang sepi oleh pengunjung tidak seperti saat sebelum terjadinya covid-19. Rak-rak buku seakan hanya menjadi tempat pamer buku tanpa pernah ada tangan yang menyentuhnya. Bahkan susunan buku tetap terlihat rapi tanpa terlihat pernah bergeser dari hari ke hari.

Fenomena ini harus segera dirubah. Eksistensi perpustakaan, khususnya perpustakaan sekolah harus direvitalisasi. Perpustakaan sekolah harus kembali menjadi ruh literasi di sekolah.

blank
Pembudayaan membaca di perpustakaan diharapkan mampu meningkatkan minat baca siswa. Foto: Hadepe

Momentum hari Perpustakaan Sekolah Internasional dapat dijadikan sebagai tonggak awal untuk mengembalikan arti dan peran penting perpustakaan sekolah meskipun sejak tahun 2008 International School Library Day dirubah menjadi International School Library Month (Bulan Perpustakaan Sekolah Internasional).

Pergantian nama ini dimaksudkan agar sepanjang bulan oktober pihak sekolah dapat lebih leluasa dalam merayakan hari perpustakaan sekolah sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah masing-masing. Peringatan ini memiliki arti penting untuk membangun kesadaran akan pentingnya budaya literasi sekaligus untuk meneguhkan eksistensi perpustakaan sekolah sebagai pusat Pendidikan dan informasi di sekolah.

Revitalisasi perpustakaan sekolah dapat dilakukan dengan mengembalikan fungsi perpustakaan sebagai fungsi edukatif, fungsi informatif, fungsi rekreasi dan fungsi riset / penelitian. Fungsi edukatif menekankan peran penting perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar siswa dalam mendapatkan ilmu pengetahuan dan mengolah kemampuan siswa dalam mentransformasikan ilmu pengetahuannya sebagai bekal pengembangan diri di masa yang akan datang.

Selain itu perpustakaan juga diharapkan mampu memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh siswa maupun guru mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhannya. Penataan perpustakaan yang menarik bahkan futuristik juga akan mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung untuk menjadikan perpustakaan sebagai tempat rekreasi edukatif. Kelengkapan koleksi bacaan juga menjadi titik penting dalam revitalisasi perpustakaan sekolah.

Dengan koleksi bacaan yang lengkap tidak hanya memperkaya sumber belajar bagi pengunjung tapi juga akan mampu menjadikan perpustakaan sebagai tempat melakukan studi literasi untuk kepentingan ilmiah.

Revitalisasi perpustakaan sekolah secara otomatis akan menghidupkan kembali perpustakaan sekolah dan secara tidak langsung akan menumbuhkan kembali semangat membaca siswa dan guru.

Berdasarkan data UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) indeks minat baca Masyarakat Indonesia hanya diangka 0,001 % yang artinya dari 1.000 orang Indonesia hanya 1 orang yang memiliki minat membaca secara baik. Hal ini juga dikuatkan hasil dari PISA (Programme for International Student Assessment) terkait literasi membaca siswa di Indonesia yang menduduki peringkat ke-11 terbawah dari 81 negara yang diteliti.

Hasil penelitian ini tentunya menjadi keprihatinan tersendiri khususnya bagi dunia Pendidikan. Banyak masyarakat belum sadar arti penting dari budaya membaca bagi kehidupannya, padahal kebiasaan dan budaya membaca yang baik dapat menjadi modal besar bagi setiap orang dalam meraih kesuksesan hidupnya khususnya dalam menunjang pendidikan meskipun dari latar belakang yang beragam. Begitu pentingnya membaca dalam menunjang kesuksesan orang sampai-sampai dalam Islam ayat yang pertama diturunkan oleh Allah adalah iqra’ (bacalah), sebuah perintah dari Tuhan agar semua manusia gemar membaca.

Hari Perpustakaan Sekolah Internasional dapat dijadikan sebagai momentum kebangkitan dalam meningkatkan minat baca masyarakat khususnya siswa dan guru dengan melakukan upaya revitalisasi perpustakaan sekolah. Untuk melakukan revitalisasi perpustakaan sekolah diperlukan peran serta dari semua pihak mulai dari tenaga pendidik dan kependidikan yang ada di lingkungan sekolah, siswa selaku pengguna utama perpustakaan sekolah, pemerintah / dinas yang terkait dengan kependidikan dan perpustakaan, juga dukungan dari masyarakat.

Dengan keterlibatan semua pihak maka revitalisasi perpustakaan sekolah dapat berjalan dengan baik dan diharapkan mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemajuan dunia pendidikan khususnya dalam meningkatkan minat baca siswa, guru dan masyarakat sekitar.

Penulis adalah Kepala SMK Islam Tsamrotul Huda Jepara