Pertunjukan tari yang berhasil memukau penonton. Foto: Denisa

Oleh :Adrea & Denisa

Desa Damarwulan di Kecamatan Keling, Jepara berhasil menggelar festival budaya yang ditunggu – tunggu oleh masyarakat. Bertajuk KELINGAN KELING, acara yang berlangsung di Puncak Distoroto ini dipenuhi dengan kegiatan yang memadukan tradisi dan kreativitas lokal. Festival ini tidak hanya menjadi ajang promosi budaya dan wisata lokal, tetapi juga memperkuat kebersamaan warga Desa Damarwulan.

Pameran UMKM Desa Damarwulan. Foto: Denisa

Festival ini dibuka dengan sebuah tarian tradisional dari Sanggar Tari Damar Kelingan yang  mencerminkan budaya lokal setempat. Tidak hanya satu, tapi 3 tarian ditampilkan oleh Sanggar Tari Damar Kelingan. Tarian pertama yang ditampilkan adalah Tari Gambyong, selanjutnya ada penampilan Tari Parade Kopi, menggambarkan petani kopi perempuan yang kesehariannya tampak sederhana sedang memetik biji kopi untuk dipanen. Tarian terakhir yang ditampilkan adalah Tari Laskar Tani yang menggambarkan kehidupan para petani.

Camat Keling Lulut Ardi Ariyanto saat memotong tumpeng

Selain tari tradisional, salah satu pertunjukan yang mencuri perhatian penonton adalah pentas kesenian silat. Penampilan kesenian silat dari Sanggar Roso Tunggal ini berhasil menampilkan gerakan bela diri yang penuh energi. Dengan iringan musik tradisional yang khas, Sanggar Roso Tunggal memperlihatkan keindahan seni bela diri yang merupakan warisan leluhur.

Pertujukan Kesenian Silat Sanggar Roso Tunggal yang tampil atraktif dan menarik perhatian warga

Tidak cukup sampai disitu, yang paling mengesankan dari pentas ini adalah atraksi memukau yang menunjukan kemampuan tenaga dalam para pesilat yang masih berusia belia ini. Di hadapan puluhan penonton yang terkesima, para pesilat berhasil memecahkan batu beton hanya dengan kepala mereka. Dengan konsentrasi yang baik, mereka juga mematahkan batang besi dengan tangan kosong, menunjukan bahwa anak muda memiliki keahlian yang hebat juga.


Presentasi Output Program Kerja KKN UGM di Desa Damarwulan

Atraksi ini diakhiri dengan dua pesilat perempuan yang mencuci tangan menggunakan air keras, sebuah atraksi yang menunjukan latihan keras dan perlunya konsentrasi yang mendalam. Pertunjukan ini tidak hanya menjadi hiburan, namun juga menjadi ajang edukasi bagi generasi muda tentang pentingnya menjaga dan melestarikan warisan budaya.

Acara ini juga diwarnai dengan berbagai sambutan hangat dari para tokoh penting yang hadir. Mulai dari sambutan pembuka yang disampaikan Pemdes Damarwulan oleh  H. Djambari, Am.A.Pd yang dengan semangat menyambut kedatangan para pengunjung. Ia juga tidak lupa menyanjung upaya semua pihak yang telah bekerja keras untuk mempersiapkan festival ini.

Bazar makanan khas desa Damarwulan. Foto: Denisa

Selain itu, ada juga sambutan dari Camat  Keling yang mengungkapkan rasa bangga dan apresiasi terhadap pelestarian budaya lokal yang dilakukan oleh masyarakat Damarwulan. Selanjutnya, ada sambutan dari  Iwan Prasetyo, S.Par. dari wakil Ketua pelaksana festival KELINGAN KELING, Bapak Baedowi,  juga menyampaikan sepatah – dua patah kata mengungkapkan rasa terimakasih dan memimpin doa untuk kelancaran acara ini.

Pemeriksaan tekanan darah oleh Tim KKN UGM

Festival ini juga menjadi wadah presentasi output program kerja Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang telah berkontribusi dalam pengembangan desa melalui fokus per – kluster, yaitu Sosial Humaniora, Medika, Sains Teknologi, dan Agribisnis. Dengan penuh antusias, mahasiswa UGM menampilkan output hasil kerja di salah satu stand / booth, di mana pengunjung bisa melihat secara langsung hasil dari berbagai inisiatif yang telah dilakukan selama program KKN berlangsung.

Stand UGM menampilkan poster, foto, dan informasi tentang program kerja serta menawarkan aktivitas interaktif dengan pengunjung untuk lebih memahami dampak positif dari program KKN. Selain itu, mahasiswa UGM juga menyediakan layanan tensi gratis dari Kluster Medika. Pengunjung dan masyarakat yang ingin memeriksa tekanan darah mereka dapat melakukannya dengan mudah di sini.

Tidak hanya itu, yang paling keren adalah UMKM lokal di Desa Damarwulan juga ikut meramaikan kesuksesan festival ini. Tergabung dalam Dapur Distoroto, warga sukses memborong produk UMKM lokal yang juga memamerkan produk dagangan mereka di stand yang tersedia.

Kopi Kalingga, yang terkenal dengan cita rasanya yang khas, menyuguhkan berbagai varian kopi kepada pengunjung,  sementara Sanggar Batik Shima Damarwulan memperlihatkan keindahan batik tradisional. Terlebih lagi, sebanyak 200 kain batik dari Sanggar Batik Shima Damarwulan berhasil terjual selama festival, menunjukkan antusiasme dan dukungan masyarakat terhadap produk lokal.

Berbagai produk lokal lainnya juga turut meramaikan acara, menjadikan festival ini sebagai wadah bagi UMKM untuk memperkenalkan produk mereka dan mendapatkan dukungan dari masyarakat dan banyaknya pihak yang merasa puas dengan kualitas dari UMKM lokal ini sendiri.

Acara ditutup dengan kesenian gamelan dan musik tradisional campursari yang memanjakan telinga dari Sanggar Semar Kuning Damarwulan, festival KELINGAN KELING di Desa Damarwulan di Puncak Distoroto sukses menyajikan pengalaman budaya yang berkesan.  Festival ini telah menunjukan betapa kuatnya semangat komunitas desa dalam merayakan dan melestarikan budaya dan UMKM lokal.

Dengan menampilkan tarian tradisional, atraksi kesenian silat yang menampilkan keahlian dan kekuatan, serta kontribusi nyata dari Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) UGM, acara ini tidak hanya memberikan hiburan tetapi juga memperkuat ikatan antara warga dan pengunjung.

Kesan mendalam yang ditinggalkan oleh festival ini adalah pentingnya menjaga dan menghargai warisan budaya serta berkolaborasi untuk kemajuan bersama. Semoga semangat ini terus berlanjut, dan festival serupa dapat terus diadakan untuk merayakan kekayaan budaya.

Penulis adalah anggota Tim KKN PPM UGM 2024