SEMARANG (SUARABARU.ID) – Minimnya lowongan pekerjaan dan meningkatnya jumlah sumber daya manusia yang berlomba-lomba mencari pekerjaan, menjadikan persaingan yang sangat ketat dalam mencari mata pencaharian dan meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia.

Sulitnya mendapat sebuah pekerjaan tidak hanya disebabkan oleh kurangnya jumlah lowongan pekerjaan yang tersedia yang jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah pencari kerja, melainkan juga akibat adanya kesenjangan antara kompetensi atau keterampilan yang dibutuhkan dalam mencari pekerjaan.

Hal itu pula yang dialami oleh Doni, yang tidak memiliki ijazah dan sertifikasi yang membuktikan kemampuannya dalam bidang tertentu, membuat dirinya kesusahan dalam mencari pekerjaan.

Namun, hal itu tidak mematahkan semangatnya dan melihat peluang lainnya yaitu menjadi seorang pedagang karangan bunga di Jalan Dokter Sutomo, Kalisari, Randusari, Kota Semarang.

Doni menyatakan bahwa menjadi seorang pedagang karangan bunga di sana tidak memerlukan ijazah atau pun kursus untuk merangkai bunga.

“Maka dari itu saya memilih profesi tersebut dengan membuka toko karangan bunga Najwa Florist ini,” ujarnya.

Najwa Florist menyediakan berbagai jenis bunga segar seperti krisan, mawar, lili, lavender, dan masih banyak lagi.

Jenis karangan ada dua jenis, buket dan menggunakan papan. Bahan-bahan yang disiapkan untuk membuat karangan buket adalah bunga segar atau binga plastik, kertas mika, dan kertas warna.

“Sedangkan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam membaut karangan papan adalah steorofoam, bunga segar, dan bambu,” tuturnya.

Kisaran harga karangan bunga jenis buket dimulai dari Rp 50.000 sedangkan yang menggunakan papan dimulai dengan harga Rp 400.000. Doni menyatakan bahwa kisaran harga tergantung dari permintaan pembeli dan jenis bunganya, sehingga pemasukan yang diterima juga tidak menentu setiap harinya.

Selama menjani bisnis karangan bunga tersebut, kesulitan yang sering kali dialami oleh Doni adalah mengejar waktu dalam mengantarkan pesanan untuk tiba tepat waktu kepada kliennya.

“Arus lalu lintas yang padat menjadikan kami seringkali mengalami kesulitan tersebut,” kata Doni.

Raceh Tirza – Mg