SEMARANG (SUARABARU.ID)– Bertempat di Gedung Oudetrap, Kota Lama, Semarang, perancang busana elite Indonesia, Samuel Wattimena, memamerkan koleksi kain tenun dari berbagai penjuru Nusantara.
Samuel hadir di Semarang, guna memeriahkan Festival Kota Lama, sejak Kamis-Minggu (14-17/9/2023). Koleksi kain tenum milik Bang Sam, sapaan akrab Samuel Wattimena itu, dikemas dalam ‘Pameran Pikat Wastra Nusantara dan Funky Kebaya’.
Dan atas inisiasinya itu, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu atau Mbak Ita, memberikan apresiasnya pada Bang Sam. Mbak Ita beralasan, kegiatan ini bisa memantik generasi muda mengenali khasanah kain tenun Nusantara, yang memang sudah terkenal di dunia.
BACA JUGA: Berbekal Doa Santri Ponpes, PSIS Siap Hadapi Persis
Ada sekitar 40 koleksi kain dari berbagai wilayah di Indonesia, yang dipamerkan. Di antaranya Lawo Ende Lio dari Ende Flores, sarung Tanimbar (Maluku), Songke Manggarai (Flores), kain dari Bali, Badui, Kalimantan, dan lain-lain.
”Saya berharap, aneka wastra (kain tradisional Indonesia), yang dipamerkan ini, mampu menggugah kreativitas penikmat kain dan busana, utamanya generasi muda yang berminat melanjutkan cita-cita dalam dalam dunia industri kreatif,” kata Bung Sam, di sela mendampingi Mbak Ita saat mengunjungi pameran ini, Kamis (14/9/2023).
Berkat kecintaannya akan budaya terutama minatnya untuk mengembangkan potensi kain tenun daerah, mengantarkannya menerima penghargaan Pin Emas dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2012 silam.
BACA JUGA: Permudah Event Internasional, Ditjen Imigrasi Terbitkan Visa Sport dan Visa Music/Art
Di tahun berikutnya, Bang Sam meraih gelar The Best Designer se-Pacific, pada acara Fiji Fashion Week 2013. Terakhir pada 2020, Bung Sam yang kini menjadi caleg DPR RI dari PDIP itu, menjadi salah satu dari 75 penerima penghargaan Ikon Pancasila, dalam kategori Seni, Budaya, dan Kreatif, sebagai perancang busana dan pegiat pelestarian kain Nusantara.
”Harapan saya, lewat pameran seperti ini, mampu menggugah para kolektor wastra, khususnya di Semarang, agar berani melakukan kegiatan serupa. Bukan untuk pamer, tetapi mengajak masyarakat, terutama generasi muda, untuk mengetahui lebih banyak tentang potensi budaya Nusantara,” bebernya.
Menurut dia, wastra mampu menceritakan tentang keadaan dalam suatu daerah tertentu, struktur sosial, tradisi masyarakat lokal, dan lainnya. ”Siapapun yang menyadarinya, pasti akan tergugah, dan akhirnya terpikat akan kisah sehelai kain atau wastra Nusantara ini,” pungkasnya.
Riyan