blank

Oleh: Wiwin Patma Dewi, S.Pd.

Dewasa ini istilah Kurikulum Merdeka atau Merdeka Belajar sudah tidak asing lagi di telinga kita. Kurikulum yang diluncurkan oleh Menteri  Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nadiem Makarim ini  merupakan opsi tambahan dalam rangka pemulihan pembelajaran tahun 2022—2024 akibat dari pandemic covid-19.

Dikutip dari https://ditpsd.kemdikbud.go.id/hal/kurikulum-merdeka, Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik cukup memiliki waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.

Kurikulum merdeka ini dirancang oleh para ahli di bidang Pendidikan dengan menyesuaikan perkembangan jaman yang memiliki enam tujuan. Salah satu dari tujuan Kurikulum Merdeka adalah meningkatkan mutu Pendidikan di Indonesia.

Untuk dapat mewujudkan tujuan-tujuan dari Kurikulum Merdeka, dibutuhkan kesiapan dari tiga dimensi yaitu peserta didik, sekolah, dan keluarga. Kesiapan sekolah untuk mengikuti penerapan Kurikulum merdeka ini dibangun berdasarkan kemitraan dari sekolah dengan orang tua.

Peranan Sekolah

Agar tercapai kesepahaman dalam mendidik anak, sekolah perlu menyelaraskan persepsi dengan orang tua. Salah satu cara adalah mensosialisasikan program-program sekolah dan penerapan Kurikulum Merdeka di sekolah.

Dalam pelaksanaan program, alangkah lebih baiknya sekolah melibatkan secara langsung orang tua. Semisal saat Gelar P5,  orang tua diundang untuk menyaksikan kegiatan Gelar P5 di sekolah.  Sehingga orang tua mengetahui proses dan hasil dari pembelajaran selama satu semester.

Selama proses pembelajaran tidak jarang orang tua acuh tak acuh dengan anaknya. Hal ini tentu dapat menghambat keberhasilan pembelajaran. Oleh karena itu sekolah perlu mengadakan kegiatan Parenting untuk mengedukasi orang tua dalam pola asuh Pendidikan.

Peranan Orang Tua

Orang tua harus merubah paradigma berpikirnya bahwa sekolah bukan hanya penitipan anaknya untuk mendapatkan pembelajaran dimana semua peran diambil alih oleh guru tanpa melibatkan orang tua. Tetapi di dalam Kurikulum Merdeka peran orang tua sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan sekolah terutama dalam kegiatan proyek profil pelajar Pancasila.

Profil Pelajar Pancasila adalah pelajar yang terbangun utuh dari enam dimensi. Dimensi itu meliputi:   1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif.

Orang tua dapat membantu anaknya dalam mempersiapkan setiap proyek yang akan dilaksanakan anaknya di sekolah. Yang dimaksud membantu di sini orang tua tidak lantas membuatkan tugas-tugas anaknya melainkan mendampingi, membimbing anak untuk menyelesaikan tugas. Dengan demikian secara tidak langsung orang tua sudah mengajarkan dan membiasakan anak akan sebuah kejujuran, tanggung jawab, kemandirian dan kreativitas sesuai dengan yang terkandung di dalam Profil Pelajar Pancasila

Selain itu orang tua juga harus bersikap terbuka. Pendidikan selalu berkembang. Metode pengajaran yang lalu sudah tidak tepat lagi jika diterapkan dalam era sekarang ini. Oleh karena itu orang tua jangan ragu untuk mengambil sisi positif dari Kurikulum Merdeka. Ikuti perkembangan penerapannya sehingga orang tua bisa memberikan masukan kepada pihak  sekolah sehingga menjadi evaluasi dan menjadi lebih baik.

Dalam Kurikulum Merdeka banyak memanfaatkan teknologi. Karena itu   orang tua perlu menambah juga pengetahuan dan ketrampilannya  dalam memanfaatkan teknologi. Tujuannya agar dapat mendampingi dan membimbing putra putrinya dalam menggunakan teknologi  untuk belajar dan membuat karya. Dengan  melek teknologi orang tua dapat membantu dan mengedukasi anak agar  tidak terpengaruh oleh hal-hal yang negatif.

Dan yang tidak kalah pentingnya adalah orang tua harus berkomunikasi dengan guru maupun wali kelas agar dapat mengontrol perkembangan anaknya,  mengetahui kompetensi apa yang akan dicapai oleh anaknya. Umpan balik dan respon dari orang tua sangat diperlukan oleh sekolah untuk melakukan perbaikan dan menjadikan pembelajaran yang lebih baik.

Suatu contoh dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ada materi mengeksplor suatu bacaan sehingga dapat meningkatkan keterampilan menulis anak dari pengalaman membacanya. Peran orang tua di sini adalah memperkenalkan anak untuk mengakses perpustakaan yang ada di sekitarnya untuk mendapatkan bahan bacaan yang mendukung. Selanjutnya orang tua bisa mendiskusikan dengan anak materi bacaan yang dibaca anak. Lebih jauh orang tua bisa mencari informasi lomba-lomba membaca atau menulis yang dapat meningkatkan kompetensi anak.

Kerjasama antara guru dan orang tua menjadi kunci suksesnya pembelajaran. Harapannya dengan adanya kerjasama yang baik antara warga sekolah dan orang tua dapat meningkatkan kesiapan penerapan Kurikulum Merdeka. Kemitraan yang sudah dibangun dapat menjadi pondasi kelancaran dan kesuksesan kegiatan  pembelajaran dengan kurikulum Merdeka.

Sebagai akhir dari tulisan ini akan saya sampaikan kutipan yang menunjukkan pentingnya sebuah kerja sama.

“Orang-orang bekerjasama menggabungkan usaha  mereka sendiri Bersama usaha yang lain demi mencapai  keberhasilan terbesar mereka”. (Stephen Covey) 

Penulis adalah Kepala Sekolah SDN 1 Gidangelo, Satkordikcam Welahan, Kabupaten Jepara