JEPARA (SUARABARU.ID)- Chairil Anwar adalah sebuah keabadian bagi dunia sastra Indonesia. Karya-karyanya tidak lekang oleh zaman, melintasi di tiap generasi. Seperti halnya salah satu penggalan puisinya “Aku mau hidup seribu tahun lagi”.
Dalam sebuah diskusi sastra yang digelar komunitas Ngopi Sophia (ngolah pikir untuk menjadi bijak), Minggu (23/10/2022) di Kedai Kawung, Guyangan, Kabupaten Jepara, para sastrawan, penyair dan penulis buku berkumpul, mencoba menghidupkan kembali karya-karya Chairil Anwar untuk dunia sastra di Jepara.
Diskusi yang digelar komunitas Ngopi Sophia ini merupakan edisi yang ke 10. Bertajuk “Aku Puisi, Puisi Aku”, membaca Chairil perspektif filsafat, semiotik, dan Neurology linguistic Programe (NLP). NLP adalah sebuah metode untuk merasakan sebuah tulisan memiliki makna dan pertanda.
Bedah karya Chairil Anwar ini dihadiri Budayawan Iskak Wijaya, penyair Aminan Basyari, pengamat sastra Fahrudin, coach writer dan penulis buku Lutfilah Lutfi, penggagas Ngopi Sophia Danang Kristiawan, Kadis Kominfo Jepara Arif Darmawan, anggota Lesbumi NU Jepara Ali Burhan, serta moderator sekaligus pegiat seni dan budaya di Rumah Bermain Anak Den Hasan.
Dalam pandangannya, Iskak Wijaya tidak membatasi seseorang dalam memahami karya Chairil Anwar. “Matinya Sang Pengarang adalah sebuah teori dan cara pandang untuk tidak memahami teks secara definitif dan final, kemudian yang kedua memahami teks dengan metode Semiotika atau ilmu tanda, kemudian, eksistensialisme kefilsafatan, dan tekhnik analisis gaya bahasa”, ungkap Iskak Wijaya.
“Namun, tidak hanya tiga metode tersebut untuk bisa memahami sebuah karya tulisan. Masih banyak metode analisis atau pendekatan tekhnik analisis yang bisa digunakan”, lanjut Iskak Wijaya.
Sementara itu Lutfilah Lutfi, seorang penulis buku dan coach writer yang lama malang melintang dalam dunia kepenulisan mengajak para penulis serta pegiat sastra di Jepara untuk membuat sebuah wadah.
“Menurut pengalaman saya yang selama ini keliling ke berbagai daerah melihat kapasitas para penulis dan pegiat sastra di Jepara, saya yakin mampu mengangkat dunia sastra Jepara”, ujar Lutfi.
“Tugas saya sebagai coach writer adalah mempromosikan kegiatan sastra seperti ini, mengcopy writing, dan menuliskan storytelling di berbagai medsos. saya berharap sastra Jepara menjadi bagian dari peta sastra di Indonesia”, ungkap Lutfi.
ua