Oleh: Dony, S-wardhana
PERKEMBANGAN teknologi informasi dan komunikasi membawa dampak dahsyat bagi masyarakat dalam bidang “media sosial” atau “sosial media” . Tunggu sebentar…. Di antara kedua istilah dalam tanda kutip tersebut, manakah yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar?
“Media sosial adalah sarana yang digunakan oleh orang-orang untuk berinteraksi satu sama lain dengan cara menciptakan, berbagi, serta bertukar informasi dan gagasan dalam sebuah jaringan dan komunitas virtual” McGraw Hill Dictionary.
Mengacu dari asal katanya dalam bahasa Inggris social media” seharusnya frasa tersebut diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi “Media Sosial”. Ingat hukum MD (Menerangkan & Diterangkan) dalam bahasa Inggris serta hukum DM (Diterangkan & Menerangkan) dalam bahasa Indonesia.
Tetapi mengapa sebagian (bahkan kebanyakan?) masyarakat kita tetap menyebutnya dengan “ Sosial Media” ketika berbahasa Indonesia. Coba bandingkan dengan istilah bahasa Inggris “mass media” yang sudah lazim diucapkan atau ditulis dengan “media massa” dalam bahasa Indonesia.
Bagaimana dengan “track record” yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “rekam jejak”. Bila ada yang mengalih bahasakannya ke dalam bahasa Indonesia menjadi “jejak rekam” maka maknanya akan jauh berbeda dengan makna dalam bahasa Inggris sebagai bahasa sumbernya (source language).
Ada dua kemungkinan dapat melatar belakangi seseorang menyebut “Sosial Media”. Pertama, karena ketidak tahuan akan mana istilah yang benar dalam bahasa Indonesia sehingga hanya ikut-ikutan saja. Kedua, memang tahu bahwa seharusnya dibahasaindonesiakan menjadi “Media sosial” tetapi tetap menyebutnya dengan “sosial media” agar nampak lebih mentereng.
Mengapa? Sebab masyarakat kita masih menganggap bahasa Inggris lebih “berkelas” dari pada bahasa Indonesia. Sehingga tidak jarang orang mencampur adukkan bahasa Indonesia dan Inggris (walaupun sebenarnya ada padanan katanya dalam bahasa Indonesia). Yang memprihatinkan adalah karena tidak sedikit generasi muda Indonesia melakukannya.
Berikut ini contoh sepenggal pernyataan yang diucapkan seorang mahasiswa dalam sebuah webinar : “….meskipun gue udah banyak effort tapi tetep aja susah gue achieve best result-nya….” Padahal kata/istilah yang dibahasa Inggriskan tersebut ada di dalam bahasa Indonesia.
Bandingkan dengan ini : “…. meskipun gue udah banyak usaha tapi tetep aja susah gue mencapai hasil terbaik-nya….”. Kebanyakan orang Indonesia merasa bangga bila menggunakan bahasa gado-gado seperti itu. Biar nampak keren, intelek, mentereng.
Banyak pula beredar istilah bernada satire di media sosial yang mengatakan bahwa kalau ingin menawarkan produk lokal (walaupun di pasarkan untuk konsumen lokal) dengan harga tinggi maka pakailah bahasa Inggris.
Niscaya produk tersebut akan “naik kelas” alias berharga mahal. Meskipun sebenarnya tidak ada salahnya bila dipasarkan untuk konsumen internasional.
Bagaimana dengan nasionalisme kita? Tidak salah bila ada yang mempertanyakannya. Berdasarkan pengertiannya, nasionalisme dapat dibedakan menjadi nasionalisme dalam arti sempit dan luas. (Laman resmi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Pusat Statistik).
Nasionalisme dalam arti sempit adalah perasaan kebangsaan atau cinta terhadap bangsanya yang sangat tinggi dan berlebihan sehingga memandang rendah terhadap bangsa lain.
Nasionalisme dalam arti luas merupakan perasaan cinta yang tinggi atau bangga terhadap tanah air dan tidak memandang rendah bangsa lain.
Sedangkan menurut KBBI, Nasionalisme adalah paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri. Mencintai bahasa Indonesia dengan menggunakannya secara baik dan benar adalah salah satu wujud nasionalisme kita pada bangsa dan Negara Indonesia.
Semoga Sumpah Pemuda yang dikumandangkan pada 28 Oktober 1928 selalu menjadi inspirasi untuk memupuk semangat nasionalisme kita :
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Dony, Wardhana, (A. Soerjowardhana)dosen FIB Universitas Dian Nuswantoro