KABUPATEN Purworejo, Jawa Tengah, terkenal dengan jajanan tradisional khasnya. Ada gebleg (berbahan tepung tapioka yang digoreng), clorot (makanan dari tepung beras berbungkus janur, di Pati-Blora Namanya dumbeg) dan kue lompong (kue ketan berisi kacang).
Purworejo juga punya sajian minuman khas dhawet ireng yaitu minuman cendol, tetapi cendolnya berwarna hitam (ireng). Untuk sajian makanan beratnya para pemburu kuliner perlu tahu, terutama untuk malam hari, yaitu ada sega koyor.
Koyor adalah bagian dari sapi yang berupa jaringan otot dan urat. Untukmenikmati sega koyor legendaris ini, pembeli harus rela antre bahkan sebelum warung dibuka. Sega koyor yang buka tengah malam ini, berada di depan Pasar Baledono Purworejo.
Warung sega koyor ini adalah milik Supri, buka setiap malam sekitar pukul 23.30 WIB. Meski jualan tengah malam dagangannya selalu habis. Biasanya, Supri akan datang dengan memikul dagangannya.
“Saya sudah langganan di sega koyor Pak Supri itu. Rasanya enak dimakan malam-malam. Saya datang sebelum Pak Supri datang,” ujar salah satu pelanggan sega koyor, Ari, Jumat malam (01/11/2024).
Para pelanggan pun sudah tahu cara Supri memberi tahu ia akan buka atau tidak.
“Sekitar pukul 20.00 jika ada meja seperti panggung tapi bolong di tempat biasa dia akan jualan. Tapi kalau tidak ada meja itu ya..artinya dia tidak berjualan,” tutur Ari yang telah lama menjadi pelanggan sega koyor Supri.
Pemilik warung, Supri, mengakui, ‘kode’ unik itu untuk memberi tahu pelanggan agar tidak kecele. Sega koyor miliknya hampir sama seperti koyor pada umumnya.
Sega koyor, berbahan urat sapi yang dimasak sedemikian rupa yakni dicampur dengan irisan tahu, kentang hingga ayam dengan bumbu istimewa. Sehingga keluar cita rasa yang gurih-gurih, kenyal koyor. Kemudian, disajikan dengan nasi yang hangat atau panas ditambah gorengan tempe begitu menggoda.
Tanpa Bumbu Spesial
Saat ditanya terkait rahasia resep membuat koyor miliknya, Supri menjawab tidak ada bumbu yang spesial atau rahasia karena semua orang bisa membuat.