MAGELANG (SUARABARU.ID)- Sejumlah pengungsi Merapi dari Dusun Babadan 1, Desa Paten, Kabupaten Magelang tidak bisa menahan tanggis haru, karena meninggalkan Tempat Evakuasi Akhir ( TEA) Desa Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang.
Mereka sekitar 83 hari menempati TEA Banyurojo sendiri untuk mengungsi, karena peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Merapi. “Selama 83 hari kami tinggal di TEA Banyurojo ini, kami diperlakukan seperti saudara atau keluarga sendiri oleh Pemerintah Desa Banyurojo. Ini yang bikin kami trenyuh dan seolah berat meninggalkan TEA Banyurojo,” kata Sudarsi, salah satu warga Dusun Babadan , Senin (1/2).
Sudarsi mengaku, meskipun berat untuk meninggalkan TEA Banyurojo, dirinya bersama semua warga Dusun Babadan 1, mau tidak mau harus pulang ke rumahnya, untuk merawat lahan ladang, ternak dan sawah yang selama ini ditinggal mengungsi.
Menurutnya, selama di pengungsian seluruh warga Dusun Babadan I, pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Desa Banyurojo sangat istimewa. Seperti untuk keperluan makan telah disediakan selama 24 jam penuh di dapur umum.
Selain itu, selama mengungsi warga Dusun Babadan I diberdayakan oleh Pemerintah Desa Banyurojo selaku desa penyangga dalam program sister village bahaya erupsi Merapi.
“Ibu-ibu dari Dusun Babadan, selama mengungsi dilibatkan dalam memasak di dapur umum. Itu yang menjadikan selama 83 hari terakhir, kami tidak seperti hidup di pengungsian dan seolah berada di lingkungan keluarga sendiri,” ujarnya.
Ia berharap program sister village yang sudah berjalan, dapat dipertahankan karena sangat bagus. Dengan program desa saudara ini, pengungsi tertangani dengan lebih baik.
“Kami berharap, silaturahmi akan terus terjaga, jangan sampai ada yang terluka,” katanya.
Pulihkan Perekonomian
Dasri berharap, dengan kepulangan sementara para pengungsi Merapi dari Dusun Babadan I tersebut berharap, Pemerintah Kabupaten Magelang bisa untuk mendampingi dan memulihkan perekonomian warga utamanya di sektor pertanian.
Menurutnya, selama hampir tiga bulan mengungsi, perekonomian warga menjadi ‘morat-marit’. Karena, sawah ladang mereka yang menjadi tumpuan ekonomi tidak ada yang merawatnya. Sehingga, keuangan warga menjadi berkurang.
“Kami juga ingin pemerintah hadir untuk mendampingi dalam memulihkan perekonomian terutama di sektor pertanian,” harap Dasri.
Ia menambahkan, warga Dusun Babadan I yang mengungsi ke TEA Banyurojo sejak 9 November lalu sebanyak 256 jiwa dan semuanya masuk dalam kelompok rentan.
Sementara itu, ekretaris Desa Banyurojo, Agus Firmansyah mengatakan, sebagian logistik yang ada di TEA Banyurojo berupa beras, gula dan kebutuhan pokok lainnya dibagikan secara merata bagi warga Dusun Babadan I. Dan, sebagian lainnya tetap disimpan di gudang logistik TEA Banyurojo.
“Sebagian logistik bahan kebutuhan pokok, kami bagikan kepada seluruh pengungsi untuk bekal hidup sekitar dua minggu ke depan,” katanya.
Yon-wied