SEMARANG (SUARABARU.ID) – Sejalan dengan perkembangan Bandara Internasional A, Yani di Kecamatan Semarang Barat, maka Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) di Kelurahan Karangayu semakin menjamur terutama usaha Kuliner.
Disamping itu ada salah satu usaha pembuatan sepatu dan tas yang sudah dirintis sejak tahun 2002 oleh Bapak Abdul Rosid saat ini masih tetap hidup dan terbaru mendapat pesanan Tas sebanyak 500 unit dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang sekaligus sebagai penyandang dana.
Dalam prakteknya usaha tersebut hingga saat ini belum dapat membuat pembukuan yang dapat digunakan untuk mengevalusi. Pada bulan Juni 2020 telah dicoba dibantu membuat laporan Neraca Awal (Opening Balance Sheet), tapi tidak dapat dilanjutkan karena pemilik sibuk dan merasa kesulitan melakukan pencatatan transaksi harian secara manual da nada kecenderungan lebih familiar mencatat transaksi dengan menggunakan Gadget.
Oleh karena alasan itulah maka Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Semarang (FE USM) Drs. Eddy Sutjipto, M.Com ,Drs. Wawan Setiawan, M.M , 6 Mahasiswa dan Alumni Budi Prasetyo mendampingi pelaku UKM di Kelurahan Karangayu membantu menerapkan program akuntansi SIAPIK yang disediakan oleh pihak Bank Indonesia baru-baru ini.
Pada tahap awal Tim Pengabdian Kepada Masyarakat melakukan pengumpulan data untuk membuat Neraca Awal per 29 Nopember 2020. Datanya berupa saldo kas, piutang, persediaan barang jadi, bahan yang digunakan, asset tetap, utang dan modal. Untuk selanjutnya data tersebut dimasukan dalam program akuntansi SIAPIK yang menurut informasi sudah di gunakan oleh para UMKM se Indonesia.
Namun demikian untuk memasukan data awal ke program SIAPIK tidaklah berjalan lancer, karena ada keterbatasan pengetahuan Tim yang diterima oleh pihak perwakilan dari Bank Indonesia yang berupa bacaan berbentuk power poin.Menurut pengalaman bahwa umumnya suatu program biasanya dilengkapi buku panduan sehingga pemakai dapat mempelajari dengan seksama.
Upaya untuk meminta pihak Bank Indonesia agar bersedia menyediakan buku panduan dan Program yang bersifat “Demo” yaitu sejak bulan Agustus 2020 hingga sekarang tidak mendapat tanggapan.
Mengingat program tersebut digunakan untuk beraneka ragam jenis usaha, walapun kecil tetapi tetap sangat komplek, sehingga sebaiknya pihak Bank Indonesia menyediakan buku panduan agar dapat dipelajari oleh para Akademisi atau Praktisi yang berminat atau terpanggil batinya untuk membina UMKM agar melek akuntansi.
Perlu diketahui bahwa para UMKM pengetahuan akuntansinya sangat minim, jadi jika diminta menggunakan program yang gratis tersebut tidak mungkin akan berjalan dengan lancer. Mengingat ada kendala atau keterbatasan itu, maka program aplikasi software akuntansi SIAPIK di UMKM Kelurahan Karangayu tidak dapat dilanjutkan.
Saiful Hadi-USM