MAGELANG (SUARABARU.ID) – Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, Edi Susanto mengatakan, penanganan Merapi kali ini memerlukan perhatian ekstra karena bersamaan dengan Pandemi Covid-19.
“Ditambah lagi memasuki musim penghujan yang bisa menimbulkan potensi bencana lainnya,” katanya Kamis (10/12/2020).
“Oleh karena itu kami menggunakan tagline Selamat Dari Merapi, dan Selamat Dari Covid-19,” kata Edy Susanto saat memberikan laporannya pada Rapat Koordinasi Penanganan Pengungsi Merapi di Ruang Command Center, Setkab Magelang.
Selain itu, lanjut Edy, BPBD Kabupaten Magelang memiliki target operasi sebagaimana diatur Permendagri 101 Tahun 2017. Antara lain memberikan standar minimal ketersediaan data bagi masyarakat (informasi), proses evakuasi yang aman bagi masyarakat, dan pelayanan tanggap darurat bagi para pengungsi.
Sementara itu data dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, aktivitas Merapi sampai dengan saat ini masih tinggi.
Gempa fase banyak sekarang masih 259 kemudian ditambah vulkanik dangkalnya masih 30. Tapi menurut data BPPTKG vulkanik dalam tidak ada. Kemudian deformasinya sekarang kumulatif sudah hampir lima meter dibanding dengan erupsi tahun 2006 yang hanya tiga meter,
Terkait kondisi para pengungsi, Edy menjelaskan, seandainya letusannya eksplosif maka berpotensi Merapi dalam status siaga dalam jangka waktu lama. Mengakibatkan para pengungsi menjadi bosan dan rindu pulang ke rumah.
Sejak 26 November lalu untuk warga Desa Ngargomulyo memutuskan untuk kembali ke rumah.
Mulai 30 November warga Desa Ngargomulyo sudah seluruhnya kembali ke rumah. Mereka yang masih mengungsi hanya kelompok rentan terdiri ibu hamil, ibu menyusui, lansia, anak-anak, dan disabilitas.
“Kemudian pada 1 Desember, warga Desa Paten Dusun Babadan II mulai pulang juga sehingga tersisa 127, terakhir dari Desa Keningar pulang sejumlah 26 orang, sehingga seluruh pengungsi sampai dengan saat ini masih 602 pengungsi,” jelas Edy.
Eko Priyono-trs